Laman

Kamis, 06 Agustus 2009

Terbuang...

Ayat bacaan: Yohanes 8:7
=====================
"Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."


jangan menghakimi, terhempas dan terbuangKemarin saya bercerita mengenai seorang teman lama yang baru saja saya temukan lagi lewat situs jejaring Facebook. Tadinya ia adalah seorang Kristen, namun ternyata saat ini ia sudah memilih untuk tidak lagi percaya pada Tuhan alias mengakui dirinya sebagai seorang atheis. Pasalnya, ia tidak tahan lagi menghadapi gunjingan sinis jemaat lainnya yang menuduhnya sebagai wanita penggoda suami orang. Bayangkan betapa ironisnya, ketika gereja dan jemaat sibuk berdoa agar ada banyak jiwa di luar yang bisa diselamatkan, tetapi yang terjadi malah sebaliknya, secara tidak langsung mengusir jiwa yang tertekan, terluka bahkan terhilang di dalam gedung gereja itu sendiri. Tuhan Yesus meminta kita untuk menggembalakan domba-dombaNya, bukan saja di dalam lingkungan kita saja, tapi kita juga diminta untuk bisa menjangkau jiwa agar diselamatkan. Sementara yang terjadi dalam kasus teman saya? Bukan hanya enggan menggembalakan, namun malah menghakimi dengan sikap-sikap sinis yang ditunjukkan secara nyata tepat di depan orangnya. Mungkin benar teman saya itu berdosa, mungkin juga tidak, saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi saya beranggapan justru gereja dan jemaat yang harus merangkul dan membawanya bertobat jika memang benar tindakannya seperti apa yang dikatakan jemaat lainnya. Yang terjadi sungguh disayangkan. Ia tidak lagi percaya pada Tuhan, dan memilih untuk menjadi atheis. Bukannya ditolong, orang yang jiwanya butuh diselamatkan malah semakin terhempas dan terbuang.

Mahatma Gandhi pada suatu saat pernah begitu tertarik pada sosok Yesus. Ia mengakui secara langsung bahwa dalam Yesus ia menemukan kedamaian dan kekuatan. Yesus, menurut Gandhi, adalah sosok yang tidak pernah mengajarkan untuk balas dendam melainkan cinta kasih. Hal ini sangatlah menginspirasi dirinya. Tapi sungguh disayangkan apa yang ia alami dalam hidupnya. Bentuk-bentuk perbedaan ras dan diskriminasi berulang kali ia alami. Ia pernah ditendang keluar dari kereta api karena menolak untuk dipindahkan ke kabin kelas tiga, kabin yang diperuntukkan secara khusus untuk kaum kulit berwarna. Ia juga mengalami langsung bagaimana ekspansi kekuasaan dari negara-negara barat ke Asia dan Afrika, yang ironisnya malah mengatasnamakan Tuhan sebagai dalih. Hal ini sungguh mengecewakannya, dan akibatnya Gandhi tidak pernah tercatat mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Berulangkali manusia baik secara sadar atau tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyelamatkan jiwa terbuang. Padahal sebaliknya dalam banyak kisah yang tercatat dalam Alkitab Tuhan menunjukkan bahwa Dia sanggup memakai siapapun dan tentunya mengaruniakan keselamatan. Saulus, sang pembantai orang Kristen yang kemudian menjadi rasul yang sangat berpengaruh. Daud masih sangat muda dan secara logika belum mengerti apa-apa ternyata bisa diubahkan Tuhan secara luar biasa. Matius tadinya adalah seorang pemungut cukai. Nuh dipakai pada usia lanjut. Dan begitu banyak lagi contoh bagaimana Tuhan menganugrahkan keselamatan kepada siapapun tanpa terkecuali.

Kisah perjumpaan Yesus dengan perempuan yang berzinah dalam Yohanes 7:53-8:11 memberi gambaran jelas bagaimana seharusnya kita bersikap. Ketika itu Yesus berhadapan dengan seorang wanita yang digiring orang-orang Farisi karena tertangkap basah akibat berbuat zinah. Secara hukum Taurat, sang wanita seharusnya dirajam sampai mati dengan batu. Tapi apa jawab Yesus? "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7). Dan akhirnya semua orang Farisi pergi meninggalkan Yesus dan si wanita, dan wanita itu pun mendapat pengampunan. Jika Yesus saja memberi pengampunan kepada pendosa, mengapa manusia harus merasa begitu suci dan berhak untuk menghakimi? Paulus berkata "Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." (Roma 14:4). Kita tidak dalam kapasitas untuk menghakimi hidup orang lain. Apa yang bisa kita lakukan adalah mendoakan dan melayani orang-orang yang jiwanya haus pertolongan dan jamahan Tuhan. Lebih lanjut Paulus pun mengatakan bahwa urusan menghakimi itu adalah urusan Tuhan, bukan kita. (Roma 12:19).

Bagi gereja dan jemaat, janganlah mengucilkan, menghempaskan dan membuang mereka yang terjatuh dalam dosa. Jika ini terjadi, bukannya membawa banyak jiwa dari luar, namun malah membuang jiwa dari dalam. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus mati bukan hanya untuk kita saja, namun bagi semua umat manusia di bumi ini tanpa terkecuali. Begitulah besarnya kasih Tuhan buat manusia. Jika kita memiliki kasih Yesus dalam hidup kita, bagaimana mungkin kasih itu lenyap tak berbekas ketika menghadapi orang-orang yang butuh pertolongan? Kedatangan Yesus ke dunia pun justru untuk menyelamatkan mereka yang "sakit". Yesus bukan datang untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa. (Matius 9:13). Janganlah malah menjadi batu sandungan, karena jika itu yang terjadi, akibatnya akan sangat fatal bagi kita. Jangan membuang mereka, tapi kasihilah dan layani dengan kasih, sebab Tuhan sendiri pun mengasihi mereka. Jangan rampas kesempatan mereka untuk beroleh pemulihan dan keselamatan. Kasih Kristus akan tercermin secara nyata lewat sikap kita yang mau merangkul orang berdosa.

Di sisi lain, bagi mereka yang terjatuh dalam lumpur dosa, ingatlah bahwa manusia bisa mengecewakan, tapi Tuhan tidak. Janji Tuhan itu "ya" dan "amin". Dia akan selalu menepati janjiNya, termasuk menganugerahkan keselamatan kepada setiap orang, termasuk anda. Jika memang ada di antara teman yang mengalami hal ini, janganlah sampai mengalami kepahitan dan semakin jauh dari Tuhan. Tidak semua orang akan bersikap seperti itu. Hendaklah anda mampu berpikir bahwa kesempatan untuk bertobat tetap diberikan Tuhan kepada diri anda kapan saja. Tidak semua orang akan bersikap negatif. Pasti masih ada orang-orang yang akan dengan tulus membimbing anda untuk kembali ke jalan Tuhan. Dosa-dosa semerah kirmizi sekalipun bisa Tuhan pulihkan menjadi putih seperti salju. (Yesaya 1:18). Bertobatlah dan mohon pengampunan dari Tuhan, dengan hati lembut yang mau diubahkan, maka Tuhan siap menopang diri anda. Tuhan mau mengampuni sang wanita yang kedapatan berzinah, Tuhan mau mengampuni Daud yang kedapatan melakukan dosa perzinahan dan pembunuhan, Tuhan mau mengampuni Saulus bahkan memakainya secara luar biasa. Jika kepada mereka-mereka ini Tuhan mau, kepada anda pun Dia bersedia!

Cerminkan pribadi Tuhan yang mengasihi siapapun tanpa terkecuali kepada jiwa-jiwa yang haus pertolongan
selengkapya...

Faith

Maria kecil yang berusia sepuluh tahun tinggal do sebuah desa pinggiran kota di Chili tengah. Ketika ibunya menginggal, Maria menjadi ibu rumah tangga, merawat ayahnya yang bkerja giliran malam di sebuah pertambangan lokal. Maria memasak, membersihkan rumah, dan memastikan bahwa makanan ayahnya sudah siap saat ia meninggalkan rumah untuk bekerja setiap malam.

Maria mengasihi ayahnya dan khawatir melihat betapa ia menjadi begitu sedih sejak kematian ibunya. Maria pergi ke gereja setiap m,inggu dan merusaha mengajak ayahnya untuk pergi bersamanya, tetapi ia menolak. Hatinya terlalu kosong.

Suatu malam, sementara Maria menyiapkan makanan untuk ayahnya, ia menyelipkan sebuah Injil kecil ke kotak makanannya. Ia mendapat Injil kecil itu dari seorang pekerja misionari yang membagikannya dari rumah ke rumah di daerah mereka. Maria berdoa agar ayahnya membacanya dan memperoleh penghiburan seperti yang telah Maria temukan dalam kasih Allah yang besar.

Pada pukul 01.10 pagi Maria tiba-tiba terbangun karena suara yang mengerikan, peluit darurat di pertambangan itu meraung dalam kegelapan, memanggil para penduduk kota untuk segera datang dengan cangkul dan tangan yang siap untuk membantu menggali para penambang yang terjebak di gua bawah tanah.

Maria berlari ke tambang untuk mencari ayahnya. Beberapa orang dengan panik menggali reruntuhan terowongan yang ambruk dan mengurung delapan orang. Salah satunya adalah ayah Maria.

Para petugas darurat bekerja sepanjang malam dan akhirnya berhasil menembus sebuah gua kecil dimana mereka menemukan para penambang itu. Sungguh sayang, mereka sudah terlambat. Ke delapan pria itu telah meninggal karena tidak bisa bernafas.

Para petugas penyelamat itu sangat menyesal, tetapi saat mereka mengamati keadaan, mereka melihat bahwa para penambang itu meninggal dalam posisi duduk membentuk lingkaran. Saat para petugas melihat lebih dekat, mereka menemukan bahwa ayah Maria duduk dengan sebuah Injil kecil di pangkuannya yang terbuka pada halamam terakhir di mana rencana keselamatan dijelaskan secara gamblang. Pada halaman itu, ayah Maria menuliskan sebuah pesan khusus untuk putrinya:

"Maria yang terkasih, saat kau baca pesan ini, Ayah sudah berada bersama ibumu di surga. Ayah membaca buku kecil ini, kemudian membacakannya beberapa kali kepada orang-orang ini sementara kami menunggu diselamatkan. Harapan kami akan hidup ini memudar, tetapi tidak demikian dengan hidup yang akan datang. Kami melakukan apa yang diajarkan dalam buku ini dan berdoa, meminta Yesus masuk ke dalam hati kami. Ayah sangat menyayangimu, Maria, dan suatu hari kelak, kita semua akan bersama-sama di surga.

Dick eastman, Buku "Heart for a friend"


selengkapya...

Bersyukurlah atas segala milikmu

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga.

Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan. Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua.

Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya". Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun.

"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan. Dia tampak malu.
"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.
"Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas.
"Setelah manusia menerima rahmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan "terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan?", tanyaku.
"Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata : Terima kasih, Tuhan. Dan berbuatlah kebajikan bagi sesamamu serta jauhilah kejahatan".

"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku.

Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.

"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.

"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.

Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ...
engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup
hingga hari ini.

"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat .... Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".

"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.

"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima rahmat ganda, yaitu bahwa
seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih dirahmati daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Allah anugerahkan kepadamu.

Selamat menjalani hidup baru dengan penuh Rahmat Tuhan......!


selengkapya...

Rabu, 05 Agustus 2009

Mati Pelan-Pelan

Ayat bacaan: Amsal 14:27
=====================
"Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut."

takut akan Tuhan, mati pelan-pelan, tipu muslihat iblisDi kampus tempat saya mengajar ada beberapa polisi yang sering mampir beristirahat. Kemarin mereka bercerita tentang terjadinya sebuah kecelakaan dengan korban seorang pengendara motor. Si pengendara motor menurut cerita mereka ngebut menerobos lampu merah, lalu ditabrak mobil. Polisi itu pun mengeluh. Katanya mereka sudah sering disalahkan masyarakat setiap kali terjadi kecelakaan. Tuduhan-tuduhan seperti polisi tidak cukup serius, kurang peduli dan sebagainya. "Tapi kami sudah memasang rambu-rambu kan? Lampu merah juga ada...kalau merah ya berhenti dong.." katanya. Bagi sebagian orang yang hobi balapan di jalan, mungkin ngebut itu mengasyikkan rasanya. Tapi jika sudah begini ceritanya, ketika nyawa melayang sia-sia, masihkah yang mengasyikkan itu tetap asyik? Iblis biasanya mengintai dan melakukan tipu muslihatnya lewat hal-hal yang rasanya enak dan menyenangkan. Namun di balik itu semua, ada maut mengintai kita. Bagi pemakai narkoba dan obat-obat terlarang, semua itu dipercaya bisa mengobati stres, menghilangkan rasa takut dan rasanya nikmat. Tapi akibatnya tidaklah main-main. Seringkali sesuatu terasa nikmat pada mulanya, namun kita sedang dijebak untuk mati pelan-pelan.

Setelah kemarin kita membaca bahwa sumber kehidupan berasal dari ajaran orang bijak yang mampu menghindarkan kita dari jerat-jerat maut (Amsal 13:14), hari ini marilah kita melihat Amsal Salomo lainnya yang memberitahukan kita mengenai sumber kehidupan lainnya. "Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut." (Amsal 14:27). Selain mendengar nasihat orang-orang yang bijaksana dan dekat dengan Tuhan, tidak kalah pentingnya bagi kita untuk memiliki rasa takut akan Tuhan. Rasa takut akan Tuhan bukanlah bentuk rasa takut negatif seperti takut hantu, takut di tempat gelap, atau bahkan tidak berbuat salah karena takut dihukum, namun takut akan Tuhan mengarah pada rasa takut yang positif. Tidak mau mengecewakan Tuhan karena kita sungguh mengasihiNya dan menghargai semua yang Dia berikan kepada kita dengan penuh rasa syukur. Rasa takut akan Tuhan akan membuat kita menghindari hal-hal yang mungkin terasa nikmat pada awalnya namun bisa menjerat kita ke dalam maut lalu berakhir dalam sebuah kematian kekal. Musa mengingatkan kita untuk tidak terjebak kepada ajakan manusia atau allah-allah lain yang tidak kita kenal, namun hendaklah kita senantiasa mengikuti Dia dan setia dengan sungguh-sungguh. "TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut." (Ulangan 13:4). Mazmur Daud mengajarkan bahwa "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya." (Mazmur 111:10). Daud juga mengatakan demikian: "Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya." (112:1). Orang yang takut akan Tuhan akan melihat anak cucunya diberkati dan berkuasa di bumi (ay 2), hidup makmur dan sejahtera untuk selamanya (ay 3), memiliki terang di tengah kegelapan (ay 4), tidak akan goyah (ay 6), bahkan tidak takut menghadapi kesulitan (ay 7). Ini semua merupakan janji Tuhan bagi kita yang takut akan Dia. Tidak heran jika takut akan Tuhan dikatakan sebagai sumber kehidupan yang bisa menjauhkan kita dari jebakan jerat-jerat maut.

Hendaklah kita senantiasa mendengar firman Tuhan, menanamkan dalam hati kita, dan yang lebih penting lagi tidak hanya berhenti sampai membaca dan mengetahui, tapi juga melakukannya secara nyata dalam kehidupan kita. Jadilah pelaku-pelaku firman yang taat atas dasar takut akan Tuhan. Musa berkata demikian: "TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini." (Ulangan 6:24). Jika kita setia melakukan itu semua, maka Tuhan pun akan berkenan kepada kita. "Dan kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita." (ay 25). Ingatlah bahwa iblis tidak akan pernah berhenti untuk mencoba menyesatkan kita lewat segala tipu muslihat, terutama lewat sesuatu yang menyenangkan, nikmat atau lewat kebiasaan-kebiasaan buruk yang sulit kita hentikan, sehingga tanpa sadar kita sebenarnya sedang diarahkan untuk mati pelan-pelan. Ada banyak rambu-rambu kehidupan yang telah ditetapkan Tuhan bagi kita. Patuhilah itu semua, jangan tergoda untuk melanggarnya, agar kita senantiasa ada dalam keselamatan, terhindar dari segala jerat maut.

Rambu-rambu ada agar kita selamat, patuhilah semua itu agar kita tidak celaka
selengkapya...

Kesatuan Keluarga

Ayat bacaan: Kejadian 6:22
======================
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."

kesatuan keluarga, keluarga bahagiaDalam perjalanan saya membina rumah tangga bersama istri tercinta, ada satu faktor yang bagi saya sungguh menjadi penekanan penting. Faktor itu adalah bagaimana agar saya dan istri bisa tetap seiring dan sejalan dalam keluarga dalam pengambilan keputusan dan lain-lain. Hal ini penting, namun tidak selalu mudah dilakukan mengingat kita manusia memiliki kepribadian dan sifat yang berbeda-beda yang mungkin bisa membuat pengaruh yang berbeda kepada pengambilan keputusan. Karena perbedaan itulah maka perlu dicari sebuah titik temu, agar semua keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi keluarga, didasarkan pada kesepakatan bersama dan sesuai dengan firman Tuhan. Dengan menekankan hal itu dalam keluarga saya, saya membuktikan sendiri betapa suasana dalam rumah tangga terasa damai dan bahagia. Masalah tetap ada, namun apapun itu kami hadapi bersama-sama, seiring dan sejalan. Frekuensi perselisihan bisa berkurang secara drastis. Ada atau tidak masalah, kami percaya ada Tuhan bertahta di atas segalanya. Biarlah semua berjalan seijin Tuhan. Berdoa, berdoa dan berdoa, untuk mencari jalan yang terbaik sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Karena itulah walaupun terkadang keputusan secara pribadi berbeda, namun titik temu pasti selalu ada, dan itulah yang kami pilih untuk dijadikan dasar dalam memutuskan sesuatu.

Malam ini mari kita melihat kisah Nuh ketika ia disuruh membangun bahtera. Pada masa itu manusia dikatakan benar-benar telah rusak di hadapan Allah (Kejadian 6:11). Isi dunia hanyalah kejahatan. Dikatakan "Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi." (ay 12). Karena itulah Tuhan memutuskan untuk mengakhiri hidup segala mahluk di bumi, kecuali Nuh, yang dikatakan sebagai orang benar, tidak bercela, dan hidup bergaul dengan Allah. (ay 1). Tuhan menyuruh Nuh yang sudah tua untuk membangun bahtera super besar. Ingat pada waktu itu hujan belum pernah turun, sehingga orang-orang yang hidup pada masa itu belum pernah melihat banjir. Sebuah pesan yang mungkin lucu bagi orang-orang di sekitar Nuh, bahwa Nuh harus membangun sebuah bahtera raksasa yang mungkin belum pernah terbayangkan sebelumnya. Apa yang saya bayangkan adalah betapa Nuh dan keluarga mungkin diolok-olok begitu banyak orang ketika membangun bahtera itu. Tapi Alkitab mencatat ketaatan Nuh yang terus mengerjakan hingga selesai. "Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya." (ay 22). Menghadapi olok-olok dan menjadi bahan tertawaan selama sekian lama tentu tidak gampang. Apa yang membuat Nuh tegar untuk menyelesaikan itu semua? Selain Nuh percaya penuh pada Tuhan, saya melihat pula sebuah dukungan atau support dari keluarganya. Tanpa itu semua, niscaya Nuh akan mudah patah semangat menghadapi tekanan. Dari mana saya melihat dukungan keluarganya? Tidak ada ayat yang menyatakan mereka berbantah-bantah. Mereka semua patuh dan taat untuk masuk ke dalam bahtera setelah selesai dibangun. Melihat kepatuhan mereka, saya yakin ketiga anaknya dan istrinya pasti mendukung penuh apa yang dilakukan Nuh. Mereka sepakat, seiring dan sejalan. Bukan tidak mungkin pekerjaan Nuh dalam membangun kapal yang luar biasa besar itu pun tidak sendirian, melainkan dibantu oleh seluruh anggota keluarganya. Dan ketika air bah turun, keluarga Nuh pun selamat, kemudian diberkati Tuhan. (9:1).

Bersepakat dalam segala hal dalam keluarga akan menghasilkan sebuah keluarga dengan ikatan kuat dan harmonis. Hari-hari ini tidak jarang kita melihat suami ke kiri, istri ke kanan. Istri yang tidak mendukung suami, tidak berada di sisi suaminya ketika sang suami sedang mendapat masalah. Atau sebaliknya suami yang tidak peduli kebutuhan istrinya, menganggap istrinya tidak tahu apa-apa, memutuskan segalanya sendiri. Kesibukan yang menyita waktu membuat mesbah keluarga berantakan dan terabaikan. Semua berjalan sendiri-sendiri, dan ini bisa membahayakan kelanggengan keluarga. Padahal Yesus jelas berkata: "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Itulah kuasa yang bisa ditimbulkan dari kesepakatan dan kebersamaan. Dua atau tiga orang berkumpul, Yesus hadir, dan kesepakatan untuk meminta dalam nama Yesus akan membuat permintaan dikabulkan. Ini janji Tuhan. Alangkah sayangnya jika dalam sebuah rumah tangga tidak lagi ada kesepakatan.

Kesepakatan bisa diibaratkan sebagai sebuah teamwork atau kerjasama tim yang harmonis, saling dukung, saling bantu, saling support. Dari kisah Nuh, kita melihat bahwa teamwork bukan saja terjadi antara suami-istri dan anak, namun ada campur tangan Tuhan pula di dalamnya. Ketika Nuh disuruh membangun bahtera, perhatikan Tuhan memberitahukan secara rinci mengenai bagaimana membangun bahtera tersebut. Ini menunjukkan dengan jelas bahwa untuk memperoleh keselamatan, sebuah kerjasama tim juga harus melibatkan Tuhan. Dalam pengambilan keputusan, atau doa-doa permohonan, adakah Tuhan tetap berbicara pada kita? Ya, ada Roh Kudus yang selalu mengingatkan dan membimbing kita. Namun seringkali kita mengabaikan peringatan Roh Kudus dalam mengambil keputusan, dan cenderung lebih memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Ini jelas bukan teamwork yang baik. Kerjasama tim yang baik seharusnya melibatkan Tuhan, dimana kita sekeluarga mengikuti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Roh-roh perpecahan akan terus berusaha memecah belah kita, namun sebuah kesepakatan dan kerja sama tim yang kuat dalam Tuhan akan membuat kita tidak gampang diporak-porandakan iblis. Ingatlah ada Yesus ditengah-tengah kita ketika kita bersepakat bersama-sama dalam keluarga. Bukankah hal ini sungguh indah? Ikatan suami istri adalah ikatan kuat yang dimateraikan langsung oleh Tuhan sendiri. Yesus mengatakan "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu." (Matius 19:5-6a). Suami istri bukan lagi dua, melainkan satu. Satu bukan saja dalam pengertian jasmani, namun dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu dan bersepakat dalam berbagai hal. Contoh yang paling kecil saja sudah saya buktikan sendiri: betapa damai dan sejuknya keluarga ketika suami dan istri selalu ada dalam kesepakatan bersama. Ketika suami melibatkan istri, ketika istri mengambil bagian dalam keputusan-keputusan rumah tangga. Untuk yang sudah punya anak pun, mereka perlu diajak untuk bersepakat bersama-sama. Bangunlah mesbah keluarga yang kokoh sejak dini. Tanamkan keteladanan kepada anak-anak anda, saling mengasihilah, dan bersepakatlah dalam segala hal. Build a strong teamwork, unite with your family, and God will definately be there among you.

Kesepakatan antar anggota keluarga dengan melibatkan Tuhan adalah jalan yang terbaik
selengkapya...

KELEMBUTAN HATI

Ayat bacaan: Bilangan 12:3
======================
"Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi."

kelembutan hati, lembut hati, lemah lembutBetapa sulitnya menahan emosi ketika kita sedang stres, sedang menghadapi masalah, kurang tidur bahkan ketika menghadapi terik matahari. Hari ini di jalan pulang saya melihat seorang bapak yang sedang membonceng istrinya memaki-maki di tengah jalan. Ada mobil hendak belok membuatnya emosi, angkot berhenti membuatnya emosi, saya berada di belakangnya untuk waktu yang lumayan lama untuk bisa melihat tindak tanduknya. Mungkin sedang stres, mungkin banyak pikiran, banyak masalah atau apapun. Kita juga sering mudah terpancing emosi ketika kondisi kita sedang labil. Marah mungkin wajar untuk batas tertentu, asal tidak berkepanjangan dan berubah ke arah yang bisa membuka kesempatan bagi iblis untuk menjerumuskan kita ke dalam berbagai kejahatan. Tapi tidak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi sedini mungkin sebelum emosi kita menjadi melebar melebihi batas. Memiliki hati yang lembut akan membawa dampak yang positif baik dalam kehidupan di dunia ini maupun nanti setelah kita menyelesaikan masa ini.

Hari ini saya bertemu dengan ayat yang menyatakan bahwa Musa adalah seorang tokoh besar yang dikatakan memiliki kelembutan hati melebihi manusia lain di muka bumi. "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Bayangkan bangsa besar yang ia pimpin menuju tanah terjanji adalah bangsa yang dikatakan tegar tengkuk alias keras kepala. Bangsa Israel sudah mengalami berbagai bentuk mukjizat Tuhan, namun mereka tetaplah bangsa yang sulit berterimakasih. Mereka terus bersungut-sungut. Mengolok-olok, menyudutkan, menyindir, sinis, semua itu dialami Musa terus menerus selama puluhan tahun dari bangsa yang tengah ia pimpin sesuai dengan kehendak Tuhan. Saya membayangkan mungkin kalau kita di posisi Musa, bisa bertahan seminggu saja sudah bagus. Tapi Musa sanggup mengendalikan emosinya dan terus mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan untuk ia perbuat.

Tuhan Yesus pernah mengingatkan kita agar memiliki hati yang lemah lembut. "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5). Ini adalah satu dari rangkaian ucapan bahagia yang diucapkan Yesus di depan orang banyak dari atas bukit. Lemah lembut seperti apa yang Yesus maksud? Dalam versi bahasa Inggris kita membaca rincian yang lebih detail: "the mild, patient, long suffering". "lembut, sabar dan tabah". Orang yang memiliki sikap seperti ini dikatakan Yesus akan memiliki bumi. Tuhan akan memenuhi janjiNya pada mereka ini, bukan kepada orang yang pendek kesabarannya, cepat emosi, kasar dan cepat mengeluh.

Sebuah tips diberikan Daud untuk bisa menjadi sabar. "Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak." (Mazmur 37:1-5). Tuhan itu setia dan akan memperhitungkan baik buruknya perbuatan manusia. Kita diingatkan untuk senantiasa bergembira dan setia, serta menyerahkan hidup kita kepadaNya dengan kepercayaan penuh. Selanjutnya Daud berkata "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri." (ay 8-9). Ini paralel dengan apa yang dikatakn Yesus di atas. Kemarahan tidaklah mendatangkan hal baik tapi bisa membawa orang untuk terjerumus pada kejahatan, yang pada akhirnya akan dilenyapkan.

Yakobus mengingatkan pula agar kita cepat untuk mendengar, tapi lambat untuk berkata-kata dan lambat untuk marah. (Yakobus 1:19). Mengapa demikian? "sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (ay 20). Memang tidaklah mudah untuk bisa menahan diri, tapi itulah yang menjadi kehendak Tuhan dan berkenan di hadapannya. Mungkin sulit bagi kita untuk meniru figur Musa, tapi tidak ada salahnya untuk mulai mencoba. Adakah di antara teman-teman yang sedang emosi pada saat ini? Redakanlah, dan tersenyumlah. Rasakanlah bahwa Tuhan itu sungguh baik.

Miliki hati yang lemah lembut sesuai kehendak Bapa di Surga
selengkapya...

Tetap Bersyukur

ReplyAyat bacaan: Mazmur 52:11
======================
"Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan orang-orang yang Kaukasihi!"

tetap bersyukurSejauh mana kita mampu untuk terus bersyukur dan mengimani dengan sungguh-sungguh bahwa Tuhan sungguh baik ketika kita sedang mengalami masalah? Adalah mudah untuk bersyukur ketika kita sedang dalam kondisi nyaman dan baik, namun ketika kita sedang dalam kesulitan, katakanlah sedang menderita sakit, terkadang sulit bagi kita untuk mengucap syukur. Kecenderungan manusia adalah mendesak Tuhan untuk sesegera mungkin melepaskan kita dari beban masalah dan sakit penyakit. Tetapi ketika kita belum juga lepas, mampukah kita terus bersyukur memuliakan Tuhan? Saya benar-benar merasa terharu lewat seorang bapak yang masih setia melayani di gereja di mana saya bertumbuh, meskipun ia sedang menderita penyakit yang tidak main-main, yaitu kanker.

Penyakit kanker yang diderita beliau mengharuskannya bolak balik ke Singapura untuk menjalani kemoterapi. Dari hasil pemeriksaan terakhir, diketahui bahwa kankernya sudah menyebar ke beberapa bagian tubuh. Namun lihatlah bagaimana reaksinya. Ia masih terus setia melayani! Dan ia terus bersaksi bahwa Tuhan itu baik. Ia terus percaya Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik kepadanya, Tuhan akan selalu menguatkan dirinya untuk tetap teguh dalam pelayanan. Ketika sebagian orang sudah menyerah, putus asa dan tidak lagi memiliki minat untuk melakukan apapun, ia tetap setia tampil di depan melakukan pekerjaan Tuhan. Ini sebuah sikap yang sungguh mengagumkan. Saya terharu dan merasa sangat diberkati lewat keteladanannya. Sakit atau tidak, ia tetap tampil seperti tanpa beban. Ia tetap bersukacita, ia tetap tersenyum, meski apa yang sedang ia derita sangatlah serius. Melihat dirinya hari Minggu kemarin, saya pun teringat akan ayat-ayat dalam Mazmur yang berasal dari keteguhan iman Daud. Daud tidak pernah berhenti untuk bersyukur dalam kondisi seterjepit apapun.

Daud pada suatu kali mengatakan "Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan orang-orang yang Kaukasihi!" (Mazmur 52:11). Dalam banyak kesempatan lain pun Daud berulang kali menyatakan ucapan syukurnya. Tidak gampang untuk bisa mencapai tingkat seperti Daud, karena seringkali rasa sakit itu menyiksa, penderitaan terasa berat, beban masalah melemahkan diri maupun rohani kita. Itu lumrah terjadi. Namun janganlah kita menyerah dan menuruti segala kelemahan daging itu. Bagaimana caranya? Paulus mengajarkan caranya yaitu dengan mengarahkan fokus pandangan ke arah yang tepat. "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (2 Korintus 4:18) Inilah kunci bagaimana Paulus dan rekan-rekannya tidak tawar hati meski mereka kerap mengalami penyiksaan dan penderitaan dalam menjalankan pelayanan mereka. Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya tidak memfokuskan diri mereka kepada sesuatu yang kelihatan, hal-hal duniawi, namun mereka terus fokus mengarahkan pandangan kepada yang tidak kelihatan, kepada perkara-perkara Surgawi, segala sesuatu yang mengarah kepada kekekalan. Paulus dan kawan-kawan tahu bahwa mengarahkan pandangan hanya kepada yang kelihatan hanyalah akan membuat mereka lemah dan kemudian menyerah. Namun mengarahkan pandangan kepada kehidupan yang kekal kelak dimana Yesus bertahta, itu akan membuat mereka terus bersemangat dan tidak kehilangan harapan. Dalam suratnya untuk jemaat Kolose, ia mengulangi hal ini. "Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah." (Kolose 3:1). Dan dengan tegas ia berkata "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (ay 2). Ini sebuah kunci penting yang patut kita teladani dalam menjalani hidup.

Ada sebuah kalimat yang pernah saya baca bunyinya begini. "Rasa sakit itu sifatnya pasti, namun menderita itu adalah pilihan". Kedagingan kita memang membuat kita harus merasakan rasa sakit, namun apakah kita menderita atau tetap bersukacita, itu adalah sebuah pilihan. Apa yang dikatakan Paulus menjadi begitu relevan, bahwa tidaklah tepat untuk mengarahkan fokus kepada hal-hal di dunia yang hanya sementara sifatnya. Mengarahkan kepada kekekalan, dimana tidak lagi ada penderitaan dan isak tangis, dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah, itu jauh lebih penting. Dan untuk menuju kesana, kita harus tetap fokus kepada hal tersebut. Untuk itu, hendaklah kita senantiasa mengucap syukur dalam segala hal, baik suka maupun duka, senang maupun susah, sehat maupun sakit. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Tidak ada yang mustahil bagi Allah, namun di atas itu semua, rencanaNya tetap yang terbaik bagi kita. Apapun itu. Allah itu setia, dan telah menyediakan segalanya sesuai janjiNya. Sementara hidup ini hanya sementara, kekekalan itu lebih berguna. Itulah tampaknya yang menjadi pegangan iman dari sang bapak yang tengah menderita kanker untuk tetap terus bersukacita dan tidak henti-hentinya bersyukur mengatakan bahwa Tuhan itu baik. Baik bapak itu maupun kita, teruslah berjuang dengan pengharapan penuh dipenuhi ucapan syukur hingga akhir agar segala yang dijanjikan Tuhan tidak menguap sia-sia.

Dunia ini hanya sementara, tapi Surga itu kekal
selengkapya...

Minggu, 02 Agustus 2009

Sesuatu yang Indah

TAK ADA LAGI yang beres! Pertama, Ibu sakit, dan tak ada yang tahu kapan beliau akan sembuh. Sekarang Rob harus tinggal dengan paman dan bibinya sementara ayahya membawa ibunya ke dokter spesialis di sebuah kota yang letaknya jauh. Pikiranya suram ketika ia melewati gereja dalam perjalanan ke sekolah.

"Pagi anak muda".Pak Barry tua, petugas kebersihan gereja, sedang memandang ke kaca jendela bergravir yang menghadap ke jalanan di depan gereja itu. "Bapak tidak pernah habis berpikir alangkah hebatnya keterampilan orang yang menciptakan kaca bergravir ini".

Rob memandang ke atas. Ia tidak pernah memperhatikan jendela itu sebelumnya, dan ia juga tidak terkesan sekarang. Kaca jendela tersebut terbuat dari sekumpulan potongan kaca yang gelap warnanya, dan tidak indah sama sekali. Melihatnya mengernyitkan dahi, Pak Barry berbicara lagi. "Pasti kamu belum pernah melihat kaca jendela ini tertimpa sinar matahari.

Begini saja... mampir lagi sepulang dari sekolah, maka Bapak akan memperlihatkan sesuatu yang indah kepadamu. OK?"

Ketika ia mendekati gereja tersebut dalam perjalanan pulangnya sore itu, ia melihat Pak Barry sedang sibuk membersihkan daun-daun yang berjatuhan di halaman gereja itu. Dengan tersenyum, sang petugas kebersihan menyalami Rob, dan beberapa menit kemudian membawanya ke pelataran gereja.

"Lihatlah!"Ia membalikkan tubuh Rob hingga menghadap ke kaca jendela bergravir itu. Sungguh indah tampaknya ketika tertimpa sinar matahari. "Lumayan berbeda bila kamu melihatnya dari sisi ini, kan ?" lanjut Pak Barry.

"Tahukah kamu, terkadang Bapak pikir bahwa hidup adalah seperti itu. Dari sudut pandang kita tampaknya mungkin gelab dan membosankan, terutama ketika kita mengalami masa sulit. Tapi dari sudut pandang Allah setiap potongan kecilnya klop secara pas".

Rob memandang ke jendela tersebut. Ia melihat bahwa bahkan potongan - potongan kaca berwarna gelapnyapun, yang digunakan sebagai mata Yesus dan rambut ikal seorang anak kecil, kelihatan indah bercahaya. Sang artis sungguh mengetahui apa yang dikerjakanya ketika menggunakan setiap potongan kaca itu. Suatu haru Rob akan dapat melihat bahwa Allah juga mengetahui apa yang dikerjakan-Nya.

"Sekarang aku hanya mengnenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal"
1 Korintus 13 : 12

"PERCAYAKANLAH HIDUP KAMU KEPADA ALLAH"


baca juga
human beings human doingsk
lakukanlah sesuai perintahnya
kata bijak untuk kehidupan

selengkapya...