Laman

Selasa, 01 Desember 2009

Semangat Natal

Ayat bacaan: Filipi 2:5
=================
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus"

semangat natalTidak terasa kita sudah memasuki bulan Desember, dimana kita sebentar lagi akan merayakan Natal. Ini adalah bulan dimana hampir semua orang percaya akan lebih bersemangat dalam bekerja karena sebentar lagi akan ada libur, beberapa pesta atau tukar menukar kado dan berbagai kegiatan-kegiatan yang menggembirakan bersama keluarga dan sahabat-sahabat dekat. Sebagian dari kita mulai mengumpulkan lagu-lagu Natal agar bisa merasakan semangat Natal sejak awal bulan, bahkan mungkin ada sebagian di antara kita yang mulai membayangkan indahnya rumah diterangi kelap kelip pohon natal sebentar lagi. Pergi liburan bersama anak-anak, makan bersama keluarga besar, berkirim kartu ucapan, semua terasa begitu indah. Tidak heran mendekati Natal biasanya senyuman akan lebih mudah dijumpai di kalangan anak-anak Tuhan. Jika anda tinggal di luar negeri seperti Eropa atau sebagian dari Amerika, mungkin anda tengah menantikan turunnya salju yang sangat identik dengan Natal. Pusat-pusat perbelanjaan mulai berbenah dengan dekorasi dan lagu-lagu yang diputar pun tidak akan jauh dari lagu-lagu Natal. Salahkah itu semua? Tentu Tidak. Kelahiran Yesus sudah sepantasnya kita sikapi dengan sukacita. KedatanganNya ke dunia ini membawa misi penting untuk menebus kita semua, sebagai bukti nyata betapa Tuhan mengasihi manusia dan tidak ingin satupun dari kita untuk binasa. Dengan begitu indahnya Alkitab menuliskan firman Tuhan ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Oleh karenanya sukacita hadir di dalam diri kita, dan sebagai manusia tentu kita akan merayakannya melalui berbagai kegiatan yang diisi dengan kegembiraan. Pertanyaannya, apakah semangat Natal hanyalah berbicara atau berkaitan dengan pesta, tukar menukar kado, mendengar dan menyanyikan lagu-lagu Natal dari artis ternama? Jika itu yang menjadi gambaran bagi kita, maka itu tandanya kita belumlah sepenuhnya mengerti apa yang seharusnya menjadi semangat Natal yang sesungguhnya.

Natal adalah saat dimana kita merayakan kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Seperti yang saya sebutkan di atas tadi, Natal ada karena kasih Tuhan yang begitu besar atas kita. Tuhan merelakan anakNya yang tunggal turun ke dunia ini, mengambil rupa sama seperti kita, menebus dosa-dosa kita semua agar kita tidak binasa, melainkan bisa memperoleh kehidupan yang kekal. Hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan, sehingga hari ini kita bisa "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia" (Ibrani 4:16), tinggal dan diam di dalam hadirat Tuhan. Ini sesuatu yang luar biasa yang bisa kita nikmati lewat penebusan Kristus. Mari kita lihat bagaimana briliannya Paulus menggambarkan hal ini dalam Filipi 2. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5). Pertama, lihatlah bahwa Yesus tidak menganggap bahwa kesetaraanNya dengan Allah harus dipertahankan. Yesus adalah Allah. Tapi meski demikian, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (ay 6-7) Yesus mengosongkan diriNya. Maknanya? Dia rela mengambil rupa seorang hamba dan dilahirkan seperti manusia. Kedua, Yesus mau merendahkan diriNya untuk taat sepenuhnya menjalankan misi yang digariskan Tuhan sampai kepada kematianNya di atas kayu salib. Semua dilakukan demi kita semua manusia. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (ay 8). Ini semua Dia lakukan karena kasih yang begitu besar kepada kita. Dan bagi kita manusia yang telah ditebus, sudah seharusnya kita meneladani apa yang telah diperbuat Kristus kepada sesama kita pula. We think the way He thinks, Tuhan Yesus memikirkan nasib manusia, karena itulah Natal ada. Jika Dia memikirkan nasib kita, tidakkah itu berarti bahwa kita pun harus merepresentasikan itu dengan mengasihi sesama kita juga?

Lewat pertobatan kita, kita meninggalkan kehidupan lama kita yang penuh cacat dan diperbaharui dalam roh dan pikiran kita dan menggantikannya dengan sebentuk hidup sebagai manusia baru yang telah sesuai kehendakNya dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya sesuai kehendak Tuhan. (Efesus 4:22-24). Be constantly renewed in the spirit of your mind. Roh kita sudah diperbaharui, maka pemikiran kita pun seharusnya mengikuti itu. Ironis sekali jika kita yang seharusnya sudah diubahkan menjadi manusia baru tapi masih juga belum bisa menanggalkan berbagai pemikiran-pemikiran lama, masih terpusat pada kepentingan dan hal-hal yang menyenangkan secara pribadi lalu tidak tergerak untuk memikirkan saudara-saudara kita lainnya yang tengah menghadapi pergumulan berat.

Di saat kita merancang berbagai kegiatan seperti pesta, liburan ke luar kota atau ke luar negeri atau bentuk-bentuk perayaan lainnya, ada banyak saudara kita yang mungkin makan sehari sekali saja masih sulit. Ada banyak yang tengah meratap memohon belas kasih akibat beratnya beban hidup. Ketika Yesus sudah melakukan itu semua lewat kedatanganNya ke dunia ini, sudahkah kita merepresentasikan semangat Kristus itu? Apakah kita mau merendahkan diri kita juga untuk berkorban, melayani dan membantu saudara-saudara kita yang sedang menderita? Itulah yang menjadi semangat Natal yang sesungguhnya. Memasuki Natal tahun ini, marilah kita lebih peka dan peduli lagi terhadap sesama kita. Tidak akan ada perayaan Natal jika Kristus tidak datang ke dunia untuk menebus kita. Dia telah mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan taat sampai mati di kayu salib sehingga kita bisa menikmati hadirat Tuhan hari ini dan mendapat jaminan keselamatan dalam kehidupan kekal. Demikian pula seharusnya kita bersikap. Semangat Natal sesungguhnya adalah semangat yang meneladani Kristus, dimana kita mau meluangkan waktu, tenaga dan sebagian dari yang kita miliki untuk membantu sesama kita yang menderita. Mereka pun ada dalam kasih Tuhan, mereka pun terlukis dalam telapak tanganNya dan tergambar dalam ruang mataNya. Tuhan mengasihi mereka sama seperti Tuhan mengasihi kita. Dan jika Tuhan saja mengasihi mereka, kita pun sudah selayaknya mengasihi mereka juga. Membantu mereka yang kekurangan, membagi sukacita dan berkat kepada mereka, sehingga mereka bisa tersenyum dan dapat merayakan kelahiran Kristus bersama kita tanpa harus menangis lagi, itulah semangat Natal yang sesungguhnya. Mari masuki masa Natal dengan semangat Natal yang benar.

Portret semangat Natal sepantasnya tergambar dari kepedulian kita terhadap sesama
selengkapya...

Rabu, 18 November 2009

SISTEM POIN

Seorang pria meninggal dunia dan rohnya pergi ke Surga. Di gerbang Surga ia disambut oleh Petrus.

Petrus berkata, "Inilah syarat untuk masuk ke Surga. Engkau memerlukan 100 poin untuk masuk. Caranya, sebutkan semua perbuatan baik yang telah engkau lakukan semasa hidupmu. Tiap-tiap perbuatan baik akan diberi poin sesuai dengan derajat kebaikannya. Kalau engkau sudah mencapai 100 poin maka engkau berhak menjadi penghuni Surga."

"Baiklah," kata orang tersebut, "saya telah menikah selama 50 tahun dan tidak pernah berselingkuh maupun berbohong terhadap istriku walau di dalam pikiran sekalipun."

"Itu bagus," kata Petrus, "nilainya 3 poin!"

"Tiga poin?!" kata orang itu dengan sedikit kecewa. "Baiklah, saya selalu hadir dalam setiap kebaktian Minggu selama hidup saya. Saya selalu membayar perpuluhan dan mendukung penuh pelayanan pekerjaan Tuhan di gereja."

"Luar biasa!" kata Petrus. "Hal ini sudah pasti menghasilkan 1 poin."

"Satu poin?!?" keluhnya; sekarang ia benar-benar merasa cemas. "Saya menjadi pelopor dapur umum untuk orang-orang miskin di kota saya dan saya bekerja di tempat penampungan untuk para veteran perang yang tidak punya rumah."

"Hebat! Itu berarti engkau memiliki tambahan 2 poin lagi," kata Petrus.

"Dua poin!?" orang itu berteriak. "Dengan sistem penilaian seperti ini, satu-satunya cara untuk dapat masuk ke Surga hanyalah dengan kasih anugerah Tuhan!"

Petrus mengangguk dan berkata, "Tepat, 100 poin untuk engkau! Masuklah anakku."

selengkapya...

SUDAHKAH DIASAH? iustrasi

Dahulu kala, ada seorang penebang kayu yang sangat kuat. Ia mendapatkan pekerjaan dari perusahaan penebangan kayu. Ia mendapat upah tinggi dan kondisi kerja yang baik. Karena itu, penebang kayu ini berusaha bekerja sebaik mungkin. Atasannya memberi dia sebuah kampak dan menunjukan tempat dimana ia harus bekerja.

Hari pertama, penebang kayu ini merobohkan 18 batang pohon. Atasannya sangat terkesan dan berkata, "Selamat, teruskan pekerjaanmu!". Termotivasi oleh perkataan atasan, sang penebang kayu bekerja lebih keras esok hari, tapi hanya dapat menebang 15 pohon saja. Hari ketiga dia mencoba lebih keras lagi, tapi dia hanya dapat menebang 10 batang pohon. Hari demi hari pohon yang ditebangnya menjadi lebih sedikit.

"Saya pasti telah kehilangan kekuatan saya", penebang kayu berpikir dalam hatinya. Dia pergi ke atasannya dan minta maaf, sambil berkata bahwa dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Kapan terkahir kali engkau mengasah kampakmu?" tanya sang atasan.

"Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kampak saya. Saya sibuk sekali menebang pohon-pohon."

Pastikan kita tidak menghabiskan hidup kita seperti penebang kayu tersebut!

"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." Pengkotbah 1:1

selengkapya...

SANG PUTERA

Seorang Bapa yang kaya raya beserta putera tunggalnya mempunyai hobi yang sama yaitu mengkoleksi karya-karya seni. Aneka karya seni yang langka mulai dari Picasso sampai Raphael telah mereka miliki. Mereka sering duduk bersama sambil mengagumi koleksi seni mereka yang amat indah.

Pada saat perang Vietnam meletus, sang putera pun berangkat ke medan perang. Sayang sang putera gugur pada saat ia menolong temannya yang terluka. Sang bapa merasa sangat kehilangan dan sedih karena dia adalah putera satu-satunya.

Satu bulan kemudian, sesaat sebelum hari Natal, seseorang mengetuk pintu rumah Bapa tua itu. Seorang pemuda berdiri di depan pintu sambil membawa sebuah bungkusan yang amat besar, dan berkata, "Tuan, Anda pasti tidak mengenal saya. Saya adalah prajurit yang ditolong oleh anak Tuan sesaat sebelum dia gugur. Hari itu dia telah menolong banyak nyawa temannya, dan saat itu ia sedang menggendong saya ke tempat yang aman sebelum tubuhnya tertembus peluru tepat mengenai jantung dan ia gugur saat itu juga. Dia sering bercerita mengenai Anda dan koleksi-koleksi Anda."

Sambil menyerahkan bungkusan yang dibawanya, pemuda itu berkata, "Saya tahu bahwa benda ini tidak ada apa-apanya bila dibanding dengan koleksi Anda, tapi saya yakin bahwa Putera Anda almarhum menginginkan agar Anda mau menerimanya."

Sang bapa membuka bungkusan tersebut. Sebuah lukisan diri sang putera yang dilukis oleh pemuda tersebut terpampang dihadapannya. Lukisan itu benar-benar indah dan hidup. Dengan berlinangkan air mata, sang bapa mengucapkan terima kasih atas pemberian pemuda tersebut dan berniat untuk membayar lukisan itu.

"Tidak Tuan, saya tidak dapat membalas apa yang telah dilakukan putera Anda kepada saya. Ini adalah sebuah hadiah untuk Anda."

Sang bapa kemudian menggantung lukisan tersebut di tempat yang strategis. Lukisan ini senantiasa diperlihatkan kepada setiap tamu yang datang berkunjung ke rumahnya, sebelum mereka menikmati koleksi seni yang lain.

Beberapa bulan kemudian sang bapa pun meninggal. Semua karya seni miliknya dilelang. Banyak orang yang khusus datang untuk menikmati koleksi seni tersebut sambil mengikuti acara pelelangan.

Lukisan pertama yang diajukan untuk dilelang adalah lukisan Sang Putera. Juru lelang mulai menawarkan lukisan tersebut, "Baik Bapak, Ibu sekalian, siapa yang mau memulai penawaran terhadap lukisan ini?"

Tapi tidak ada reaksi dari orang-orang yang hadir, bahkan ada peserta yang berteriak, "Kami ingin melihat lukisan yang terkenal. Lewati saja lukisan ini."

Tapi si juru lelang tidak menggubris usulan tersebut, "Adakah yang ingin menawar lukisan ini? Siapa yang ingin mengajukan penawaran pertama?"

Seorang peserta lain berteriak dengan nada marah, "Kami datang kesini bukan untuk melihat lukisan jelek itu. Kami datang untuk melihat Van Goghs, the Rembrandts. Ayo, mulailah dengan lelang yang sesungguhnya."

Tapi si juru lelang tetap melanjutkan penawarannya, "Sang Putera, Sang Putera, siapa yang menawar Sang Putera?"

Akhirnya ada juga yang menawar lukisan tersebut, sebuah suara yang datang dari barisan yang paling belakang. Ia adalah mantan tukang kebun yang telah lama bekerja di rumah sang bapa. "Saya menawarnya."

"OK, kita sekarang punya satu penawar, siapa yang mau menambah?"

"Berikan padanya, dan tunjukkan master piece yang sesungguhnya," teriak peserta yang lain.

Mereka benar-benar tidak menghendaki lukisan yang mereka anggap tidak mempunyai nilai sama sekali itu.

Si juru lelang akhirnya menyerah, "Baik untuk lukisan Sang Putera, satu kali, dua kali, tiga kali." Dan palupun diketuk.

"Ayo, sekarang kita mulai dengan lelang yang sesungguhnya," teriak seorang peserta dari baris depan.

Si juru lelang meletakkan palunya dan berkata, "Maaf bapak-ibu sekalian, lelang hari ini telah selesai."

"Bagaimana dengan lukisan-lukisan lainnya?" teriak para peserta.

"Maaf bapak-ibu sekalian, sebelum saya diminta untuk memimpin acara lelang ini, saya mendapat pesan rahasia dari pengacara keluarga. Yang dilelang hanyalah lukisan Sang Putera. Barang siapa yang membeli lukisan Sang Putera maka ia akan mendapat seluruh warisan yang ditinggalkan oleh sang bapa, termasuk lukisan-lukisan master piece. Saya tidak boleh membocorkan pesan rahasia ini sampai lukisan Sang Putera ini laku terjual."

Allah memberikan Putera-Nya 2000 tahun yang lalu untuk wafat di kayu salib. Seperti apa yang ditawarkan oleh si juru lelang, "Sang Putera, Sang Putera, siapa yang mau mengambil Sang Putera?" Barangsiapa yang memiliki Sang Putera, maka ia akan mendapatkan segalanya. (Anonim)


selengkapya...

Sabtu, 14 November 2009

MENABUR DAN MENUAI

Seorang pria mengamati tetangganya yang berumur 80 tahun sedang menanam pohon mangga.

Ia bertanya, "Anda tentu tidak berharap untuk menikmati buahnya bukan? Paling sedikit dibutuhkan 20 tahun sampai pohon itu berbuah".

Orang tua itu menghela nafas sejenak dan menjawab, "Tidak, mungkin saya tidak akan pernah melihat pohon ini berbuah. Saya sudah terlalu tua untuk menunggu saat itu. Tapi tidak apa-apa ...

Selama hidup saya sudah menikmati buah mangga ... tetapi bukan dari pohon yang saya tanam sendiri. Kalau saja tidak ada orang yang menanam pohon mangga, seperti yang saya lakukan sekarang, mungkin saya tidak akan pernah bisa menikmati buah mangga.

Saya hanya berusaha berbuat yang sama dan berharap semua orang yang menikmati buahnya akan menanam juga untuk generasi berikutnya."

Yesus bersabda dalam Yohanes 4:37, "... yang seorang menabur dan yang lain menuai ... "

selengkapya...

MENJADI PELOPOR

Suatu kali, ada seorang anak muda dimintai tolong untuk mempersiapkan suatu acara pesta. Dengan berbekal sedikit petunjuk, maka bersama teman-temannya yang lain mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan agar pesta itu dapat berlangsung dengan baik.

Pada saat itu, si anak muda itu begitu bersemangat sekali dalam mewujudkan segala rencana yang telah disusun, dia berusaha memberikan yang terbaik, dia ingin agar namanya tercatat sebagai penyumbang tenaga dan pikiran dengan porsi terbesar sehingga acara tersebut dapat berlangsung. Ditanamkannya dalam otak bahwa tanpa aku, semua rencana itu pasti tidak akan terwujud.

Namun, apa yang terjadi? Ternyata pada hari H-nya, seakan-akan nama anak muda itu hilang ditelan oleh kemeriahan acara. Semua orang sudah tidak lagi menghiraukan bagusnya hiasan, tidak memuji melihat bagusnya panggung, tidak berdecak melihat bagusnya dekorasi, bagusnya apa saja ... mereka semua lebih terlihat memuji para pemain yang tampil, memuji idola mereka.

Si anak itu dan teman-teman yang lain yang telah bekerja keras untuk mewujudkan pesta tersebut dari segi perlengkapan seakan tak pernah ada dan nama-nama mereka seakan tak pernah terlintas dalam pikiran para penonton yang hadir. Entah kenapa, hatinya sungguh sakit ... hatinya sungguh kecewa ... Dia bertanya dan bertanya terus, mengapa? Apakah kerja kami kurang bagus? Apakah hasil kerja kami kurang sempurna? Hati anak muda ini sungguh hancur ....

Dalam hidup, sering pula kita mengalami hal yang sama. Kita telah bersusah payah mengerjakan sesuatu, namun yang dipuji adalah orang lain. Kita sebagai pendahulu sebuah pekerjaan sering dilupakan dan kejayaan kita digantikan oleh orang yang mengakhir pekerjaan kita. Kita pun sering protes, kita sering tidak terima karena kita dilupakan. Kita merasa bahwa tanpa kita maka acara tidak dapat berlangsung, tanpa kita pekerjaan tidak dapat selesai, tanpa kita sebuah organisasi tidak dapat berjalan dengan baik.

Hari ini Tuhan menegur lewat sabdaNya. Kelahiran Yohanes Pembaptis mencelikkan mataku. Yohanes telah diutus mendahului Tuhan Yesus untuk mempersiapkan jalan bagiNya. Yohanes telah diutus mendahului agar mempersiapkan dunia untuk menyambut putra Allah yang akan berkarya... Dengan kata lain, Yohaneslah yang membuat fondasi iman dan Yesus tinggal menerima buah-buah dari pekerjaan Yohanes.

Lalu, apakah Yohanes protes? Apakah Yohanes sakit hati ketika murid-muridnya pergi meninggalkan dia dan mengikuti Yesus? Apakah Yohanes marah karena seketika Yesus muncul, namanya sudah dilupakan oleh orang banyak?

Tidak! Justru Yohanes begitu bangga bahwa dia dapat mempersiapkan jalan bagi seorang Penebus. Dia begitu bangga dapat mengumpulkan murid-murid untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Bahkan dengan terang-terangan Yohanes berkata pada para pengikutnya, "Aku bukanlah Superstar yang kalian tunggu ... Superstar itu akan datang setelah ini dan aku tidak ada apa-apanya" (Kis 13:25)

Yohanes Pembaptis menyadari bahwa panggilannya bukanlah untuk menjadi bintang utama, melainkan hanya sebatas tukang dekorasi saja ... Yohanes menyadari bahwa tugasnya bukanlah untuk menjadi aktor di panggung, melainkan hanyalah sebagai tukang yang mempersiapkan panggung. Yohanes menyadari bahwa keahliannya bukanlah menjadi sang tokoh, melainkan hanya mempersiapkan karpet merah sebagai jalan bagi sang tokoh. Dan itu diterimanya dan dikerjakan dengan penuh syukur!

Sering memang, orang lebih memilih menjadi Yesus ketimbang Yohanes. Orang lebih ingin jadi aktor utama (terkenal) daripada hanya menjadi aktor pengganti (dilupakan). Orang lebih memilih menjadi pemain cadangan (bermain di lapangan) daripada jadi pemain cadangan (sering tidak dimainkan). Orang lebih memilih menjadi bos (dikenal) daripada menjadi anak buah (tidak dikenal).

Peran Yesus ataupun peran Yohanes, keduanya sama-sama penting. Tanpa Yesus ... apa yang dikerjakan oleh Yohanes rasanya tidak ada artinya. Sedangkan tanpa Yohanes, rasanya karya Yesus juga tidak akan berjalan baik, bahkan tidak mungkin tidak ada. Yohanes telah dipilih sejak dari kandungan untuk mempersiapkan karya Yesus. Satu yang membedakan dengan kasus anak muda tadi, yaitu Yohanes sadar bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah untuk dirinya, melainkan untuk orang lain yang akan menggunakan "hasil karyanya" itu.

Dengan penerimaan diri itulah Yohanes tetap menganggap apa yang dikerjakannya tak akan sempurna tanpa kehadiran Yesus. Dengan pemahaman diri itulah Yohanes mampu bersyukur dalam segala langkahnya, walaupun tahu nantinya dia akan dilupakan saat Yesus muncul.

Hidup bermasyarakat ini seperti sebuah kereta yang punya empat rodanya. Sebuah kereta akan berjalan dengan baik apabila keempat rodanya bundar semua dan dapat berputar dengan baik. Bila kita bisa menjalankan hidup ini seperti kereta dengan empat roda yang baik, maka hidup akan penuh dengan warna.

Namun, jika salah satu roda di kereta rusak/patah, maka tentunya hidup tidak akan berputar dengan baik. Itu artinya roda depan dan belakang saling mendukung satu sama lain. Tidak bisa roda belakang ingin mendahului roda depan. Semua telah punya posisi masing-masing dan semuanya PENTING. Tidak ada satu roda yang lebih penting dari roda yang lain. Roda depan tidak lebih istimewa daripada roda belakang.

Sekarang bagaimana dengan kita? Apakah kita mampu untuk menerima posisi kita yang mungkin lebih rendah dari orang lain? Apakah kita mampu untuk menghargai pekerjaan kita yang mungkin hanya di belakang layar? Apakah kita mampu memahami talenta kita sendiri? Injil telah memberi kita pilihan, bila kita dipanggil menjadi Yohanes, apakah kita akan tetap jadi Yohanes ataukah kita memaksa menjadi Yesus?

selengkapya...

tipe manusia

Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh
Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.
Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.
Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada
saat kesulitan terjadi.
Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.
Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping mereka.
Tipe kedua, tipe lempeng besi. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan
tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.
Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau
mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.
Tipe ketiga, tipe kapas. Tipe ini

cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi.
Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.
Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong. Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.
Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat
finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali.
Bangun network
Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti
rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.
sekuat apakah mental Anda?
selengkapya...

Jumat, 13 November 2009

PERGI KE GEREJA

Seorang nenek sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah. Mereka adalah anak-anak muda yang sangat cerdas dan sering menggoda nenek mereka.

Kali ini, cucu tertuanya mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek masih pergi ke gereja pada hari minggu?"

"Tentu!"

"Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa memberitahu kami tentang Injil minggu lalu?"

"Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya."

"Lalu apa isi khotbah pendeta?"

"Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah. Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan, Nenek menyukai khotbah itu."

"Tapi, nek," si cucu menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak mendapatkan sesuatu dariNya?"

Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana merenung...

Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur."

Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya kepada si cucu tertua itu, sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, dan isilah dengan air, lalu bawa kemari!"

"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu? Air di dalam tas rajutan...! Nek, apa ini bukan lelucon?"

"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan. Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."

Maka cucu itu pun berlari keluar, dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes-teteskan air. "Lihat,nek," katanya. "Tidak ada air di dalamnya."

"Benar," katanya. "Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang. Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya."

Apakah Anda juga?

selengkapya...

PERANGKAP

Teman, saya pernah membaca suatu hal yang menarik tentang perangkap. Suatu sistem yang unik, telah dipakai di hutan-hutan Afrika untuk menangkap monyet yang ada disana. Sistem itu memungkinkan untuk menangkap monyet dalam keadaan hidup, tak cedera, agar bisa dijadikan hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Sang pemburu monyet, akan menggunakan sebuah toples berleher panjang dan sempit, dan menanamnya di tanah. Toples kaca yang berat itu berisi kacang, ditambah dengan aroma yang kuat dari bahan-bahan yang disukai monyet-monyet Afrika. Mereka meletakkannya di sore hari dan mengikat (menanam) toples itu erat-erat ke dalam tanah. Keesokan harinya, mereka akan menemukan beberapa monyet yang terperangkap, dengan tangan yang terjulur, dalam setiap botol yang dijadikan jebakan.

Tentu, kita tahu mengapa ini terjadi. Monyet-monyet itu tak melepaskan tangannya sebelum mendapatkan kacang-kacang yang menjadi jebakan. Mereka tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples, lalu mengamati, menjulurkan tangan, dan terjebak. Monyet itu, tak akan dapat terlepas dari toples, sebelum ia melepaskan kacang yang sedang digenggamnya. Selama ia tetap mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula ia terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat, sebab tertanam di tanah. Monyet tak akan dapat pergi kemana-mana.

Teman, kita mungkin tertawa dengan tingkah monyet itu. Kita bisa jadi terbahak saat melihat kebodohan monyet yang terperangkap dalam toples. Tapi, mungkin, sesungguhnya, kita sedang menertawakan diri kita sendiri. Betapa sering, kita mengengam setiap permasalahan yang kita miliki, layaknya monyet yang mengenggam kacang. Kita sering mendendam, tak mudah memberikan maaf, tak mudah melepaskan maaf, memendam setiap amarah dalam dada, seakan tak mau melepaskan selamanya.

Seringkali, kita, yang bodoh ini, membawa "toples-toples" itu kemana pun kita pergi. Dengan beban yang berat, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenarnya sedang terperangkap dengan persoalan pribadi yang kita alami.

Teman, bukankah lebih mudah jika kita melepaskan setiap masalah yang lalu, dan menatap hari esok dengan lebih cerah? Bukankah lebih menyenangkan, untuk memberikan maaf bagi setiap orang yang pernah berbuat salah kepada kita? Karena, kita pun bisa jadi juga bisa berbuat kesalahan yang sama. Bukankah lebih terasa nyaman, saat kita membagikan setiap masalah kepada orang lain, kepada teman, agar di cari penyelesaiannya, daripada terus dipendam?

selengkapya...

PENGORBANAN

Pada suatu ketika terdapatlah suatu jembatan putar yang berukuran besar, yang melintasi satu sungai yang lebar. Pada hampir setiap hari, jembatan ini terpasang dengan badan jembatan sejajar dengan tepi sungai sehingga kapal-kapal dari kedua sisi jembatan dapat berlayar melewati sungai dengan bebas.

Tetapi, pada waktu-waktu tertentu, satu kereta api selalu datang melalui tempat ini dan jembatan itu dipasang melewati sungai sehingga kereta api ini dapat menyeberangi sungai.

Sang penjaga jembatan berada di sebuah pos kecil di satu sisi dari sungai, di mana ia dapat mengoperasikan pengontrolan jembatan sehingga jembatan itu dapat diputar dan dipasang pada tempatnya ketika kereta api itu datang.

Pada satu senja, ketika sang penjaga jembatan sedang menunggu kereta api terakhir untuk datang, ia menatap ke kejauhan, melalui cahaya senja yang mulai meredup, dan melihat lampu kereta api. Ia masuk ke tempat pengontrolan jembatan dan menunggu sampai kereta tersebut ada pada jarak yang sudah ditentukan sebelum ia memutar jembatan itu.

Ia memutar jembatan itu sehingga dapat terpasang pada tempatnya, tetapi dengan perasaan terkejut, ia menyadari bahwa kontrol penguncian jembatan tidak bekerja dengan lancar. Jika jembatan tidak terkunci dengan aman pada posisinya, jembatan itu dapat bergoyang ke depan dan belakang pada ujungnya ketika kereta api datang melaluinya, sehingga kereta api tersebut dapat lepas dari jalur jembatan dan jatuh tenggelam ke dalam sungai. Kereta yang akan datang adalah kereta api penumpang yang sarat dengan penumpang.

Ia meninggalkan posnya dengan jembatan terpasang melewati sungai, dan tergesa-gesa berjalan ke tepi sungai di seberang, di mana terdapat sebuah tuas yang ia dapat gunakan untuk mengunci secara manual. Ia dapat mendengar deru kereta sekarang, dan dengan menjulurkan badannya ke depan dan menumpukan berat badannya, ia mengunci jembatan tesebut. Banyak jiwa bertumpu pada kekuatan orang ini.

Lalu, suatu suara datang dari arah sisi jembatan yang lain -suara yang membuat darahnya mendesir.- "Papa, di mana Papa berada?" Anaknya yang berumur empat tahun sedang berlari menyebrangi jembatan untuk mencarinya. Instingnya yang pertama adalah untuk berteriak kepada anaknya, "Lari! Lari!" Tetapi kereta ini terlalu dekat. Kakinya yang mungil tidak akan dapat berlari menyeberangi jembatan dengan cukup waktu.

Orang ini hampir saja meninggalkan tuas itu untuk berlari dan menjangkau anaknya dan membawanya ke tempat yang aman, tapi ia menyadari bahwa ia tidak akan dapat menjangkau tuas ini pada waktunya. Ia harus memilih -apakah orang-orang yang berada di kereta, atau anaknya, yang harus mati. Ia hanya membutuhkan satu saat saja untuk mengambil keputusannya.

Kereta berlalu dengan kencang dan aman pada tempatnya, dan tiada seorangpun di kereta yang bahkan menyadari bahwa sesosok tubuh yang mungil dan hancur, terlontar secara tidak berdaya ke dalam sungai, tersorong oleh kereta yang melaju. Mereka juga tidak menyadari sesosok figur manusia yang menyedihkan dan menangis, yang tetap memeluk erat tuas pengunci lama setelah kereta tersebut berlalu.

Mereka tidak melihat bagaimana ia berjalan pulang dengan gontai dan lebih lama dari biasanya untuk memberitahukan istrinya bagaimana ia telah mengorbankan anaknya.

Sekarang, apabila saudara dapat mengerti perasaannya, yang melanda hati orang ini, saudara dapat mulai mengerti bagaimana perasaan Bapa Surgawi kita, ketika Ia mengorbankan AnakNya untuk menjembatani jurang di antara kita, dan kehidupan yang kekal. Apakah saudara akan terkejut bahwa Bapalah yang membuat bumi berguncang dan langit menjadi gelap ketika AnakNya wafat? Dan bagaimana perasaanNya ketika kita semua tergesa-gesa melewati kehidupan tanpa meluangkan waktu sedikit pun untuk memikirkan apa yang telah Ia lakukan bagi kita melalui Yesus Kristus?

Kapankah saat terakhir Saudara bersyukur kepada Tuhan akan pengorbanan AnakNya?

selengkapya...

PENDERITAAN

Seorang anak perempuan mengeluh pada sang ayah tentang kehidupannya yang sangat berat. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan bermaksud untuk menyerah. Ia merasa capai untuk terus berjuang dan berjuang. Bila satu persoalan telah teratasi, maka persoalan yang lain muncul.

Lalu, ayahnya yang seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air kemudian menaruh ketiganya di atas api. Segera air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama dimasukkannya beberapa wortel. Ke dalam panci kedua dimasukkannya beberapa butir telur. Dan, pada panci terakhir dimasukkannya biji-biji kopi. Lalu dibiarkannya ketiga panci itu beberapa saat tanpa berkata sepatah kata.

Sang anak perempuan mengatupkan mulutnya dan menunggu dengan tidak sabar. Ia keheranan melihat apa yang dikerjakan ayahnya. Setelah sekitar dua puluh menit, ayahnya mematikan kompor. Diambilnya wortel-wortel dan diletakkannya dalam mangkok. Diambilnya pula telur-telur dan ditaruhnya di dalam mangkok. Kemudian dituangkannya juga kopi ke dalam cangkir.

Segera sesudah itu ia berbalik kepada putrinya, dan bertanya: "Sayangku, apa yang kaulihat?"

"Wortel, telur, dan kopi," jawab anaknya.

Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Ia melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta anaknya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya si anak mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya menghirup kopi. Ia tersenyum saat mencium aroma kopi yang harum. Dengan rendah hati ia bertanya "Apa artinya, bapa?"

Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda telah merasakan penderitaan yang sama, yakni air yang mendidih, tetapi reaksi masing-masing berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar, ternyata setelah dimasak dalam air mendidih menjadi lembut dan lemah. Telur yang rapuh, hanya memiliki kulit luar tipis yang melindungi cairan di dalamnya. Namun setelah dimasak dalam air mendidih, cairan yang di dalam itu menjadi keras. Sedangkan biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak dalam air mendidih, kopi itu mengubah air tawar menjadi enak.

"Yang mana engkau, anakku?" sang ayah bertanya. "Ketika penderitaan mengetuk pintu hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau wortel, telur, atau kopi?"

Bagaimana dengan ANDA, sobat?

Apakah Anda seperti sebuah wortel, yang kelihatan keras, tetapi saat berhadapan dengan kepedihan dan penderitaan menjadi lembek, lemah, dan kehilangan kekuatan?

Apakah Anda seperti telur, yang mulanya berhati penurut? Apakah engkau tadinya berjiwa lembut, tetapi setelah terjadi kematian, perpecahan, perceraian, atau pemecatan, Anda menjadi keras dan kepala batu? Kulit luar Anda memang tetap sama, tetapi apakah Anda menjadi pahit, tegar hati, serta kepala batu?

Atau apakah Anda seperti biji kopi? Kopi mengubah air panas, hal yang membawa kepedihan itu, bahkan pada saat puncaknya ketika mencapai 100º C. Ketika air menjadi panas, rasanya justru menjadi lebih enak.

Apabila Anda seperti biji kopi, maka ketika segala hal seolah-olah dalam keadaan yang terburuk sekalipun Anda dapat menjadi lebih baik dan juga membuat suasana di sekitar Anda menjadi lebih baik.

Bagaimana cara Anda menghadapi penderitaan? Apakah seperti wortel, telur, atau biji kopi?

selengkapya...

PENCURI KUE

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara lalu menemukan tempat duduk di sebelah lelaki. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya.

Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.

Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani itu mulai menghabiskan kue-kuenya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir Kalau aku bukan orang baik, sudah kutonjok dia! Setiap ia mengambil satu kue, si Lelaki juga mengambil satu.

Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya, sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir, Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar, malah ia tidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih!" Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget.

Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya. Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati, Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu.

selengkapya...

PELAJARAN DARI SEORANG GELANDANGAN

Hari itu, hari Minggu yang dingin di musim gugur. Pelataran parkir menuju gereja sudah hampir penuh. Ketika aku keluar dari mobilku, aku melihat bahwa teman-temanku sesama anggota gereja saling berbisik-bisik sementara mereka berjalan menuju gereja.

Ketika aku hampir sampai, aku melihat seorang pria terbaring di dinding di luar gereja. Dia tergeletak sedemikian rupa seakan-akan dia sedang tidur. Dia mengenakan sebuah mantel panjang yang robek-robek dan sebuah topi di kepalanya, jatuh ke bawah menutupi wajahnya. Dia memakai sepatu yang kelihatannya sudah berumur 30 tahun, terlalu kecil untuk kakinya, dengan lubang di sana sini, jarinya menyembul keluar.

Kelihatannya pria ini seorang gelandangan yang tidak memiliki rumah (tuna wisma), dan sedang tertidur, sehingga aku terus berjalan ke pintu gereja.

Kami berkumpul selama beberapa menit, dan seseorang menyampaikan tentang pria yang terbaring di luar. Orang-orang mentertawakan dan berbisik-bisik membicarakan masalah ini tetapi tidak ada yang mau mengajak pria itu untuk masuk ke dalam, termasuk aku.

Beberapa lama kemudian kebaktian dimulai. Kami semua menunggu Pendeta yang akan maju ke depan dan menyampaikan Firman Tuhan, ketika pintu gereja terbuka.

Muncullah pria tunawisma itu berjalan di lorong gereja dengan kepala tertunduk.

Semua orang menarik nafas dan berbisik-bisik dan terkejut.

Pria itu terus berjalan dan akhirnya sampai di panggung, dia membuka topi dan mantelnya. Hatiku terguncang.

Di sana berdiri pendeta kami ... dialah "gelandangan" itu.

Tidak ada seorangpun yang berbicara.

Pendeta mengambil Alkitabnya dan meletakkannya di mimbar.

"Jemaat, saya kira tidak perlu bagi saya untuk mengatakan apa yang akan saya khotbahkan hari ini. Jika kamu terus menghakimi dan menilai orang, kamu tidak akan punya waktu untuk mengasihi mereka."

selengkapya...

PEJALAN KAKI

Ada cerita mengenai seorang pejalan kaki yang mengadakan perjalanan pada malam bersalju melalui salju yang tebal dan udara dingin dibawah nol. Dia sudah begitu lelah. Dia tahu kakinya sudah beku dan dia rasa dia tidak dapat pergi lebih jauh. Dia tergoda untuk menyerah dan berbaring di atas salju. Tapi dia sadar itu berarti kematian.

Sementara ia berjuang pada jalan bersalju, dia terantuk pada satu gundukan. Itu adalah tubuh seseorang. Dia balikkan orang itu dan dia lihat bahwa orang ini masih hidup. Dia mulai berkata kepadanya dan digosoknya tangan dan kaki orang itu. Dia angkat orang itu dengan menggunakan tenaganya yang sisa, dia taruh orang itu di punggungnya dan berjuang kembali menempuh jalan yang bersalju sambil mendukung orang yang ditemukannya di jalan itu.

Tidak lama kemudian, ia mulai berkeringat dan dia merasakan aliran darahnya mengalir kembali pada anggota tubuhnya. Di kejauhan ia lihat cahaya. Dia maju terus dan jatuh tepat di depan pintu rumah. Petani serta istrinya yang tinggal di rumah itu mengambil dua tubuh laki-laki setengah kaku. Mereka memberikan kehangatan, makanan dan tempat tidur.

Orang yang ditolong mengucapkan terima kasih kepada penolongnya karena telah menyelamatkan jiwanya. Pejalan kaki tadi berkata,"Saya senang bertemu anda, oleh karena dalam menolong hidup Anda, saya menyelamatkan nyawa saya sendiri, karena saya sudah untuk menyerah juga tadinya."

Setiap usaha yang dibuat untuk Kristus akan bereaksi jadi berkat pada kita sendiri. Setiap tugas yang dilakukan, setiap pengorbanan yang dibuat dalam nama Yesus membawa upah yang besar.

Pada setiap kegiatan dari tugas kita, Allah berkata, 'Dia memberikan berkatNya'. Kita harus hidup di dunia ini untuk memenangkan jiwa bagi Juru Selamat.

Jika kita melukai orang lain berati kita melukai diri kita sendiri.

Jika kita memberkati orang lain kita juga memberkati diri kita; karena perbuatan yang baik dipancarkan kembali pada hati kita.

Setiap kata simpati yang diucapkan pada orang yang berduka, setiap perbuatan untuk melepaskan yang tertekan dan setiap pemberian yang akan memenuhi kebutuhan saudara kita, diberi atau dibuat dengan satu kemuliaan Allah yang akan menyebabkan berkat bagi yang memberi.

Kesukaan berbuat baik pada orang lain memberi cahaya pada perasaan-perasaan yang memancar melalui syaraf, mempercepat sirkulasi darah dan menyokong mental dan kesehatan tubuh.

selengkapya...

PASANGAN HIDUP SEJATI

Suatu waktu, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang isteri. Dia mencintai isteri yang keempat dan memberinya harta dan kekayaan yang banyak. Sebab dialah yang tercantik di antara semua isterinya.

Pria ini sangat bangga dengan isteri ketiganya, dan selalu berusaha memperkenalkannya kepada semua temannya. Ia juga selalu kuatir kalau isterinya ini akan lari dengan pria yang lain.

Iapun sangat menyukai isteri keduanya yang sabar dan pengertian. Bila pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan isterinya ini. Dialah tempatnya bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.

Isteri yang pertama adalah pasangan yang setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dialah yang merawat dan mengatur kekayaan dan usaha sang suami. Akan tetapi sang pedagang tidak begitu mencintainya. Walaupan sang isteri pertama ini begitu sayang kepadanya, namun ia tidak begitu memperdulikannya.

Suatu ketika sang pedagang sakit dan menyadari bahwa dia akan segera meningagl. Lalu ia meminta semua isterinya datang. Ia bertanya kepada isteri keempatnya, "Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Maukah engkau menemaniku?"

Isterinya terdiam, lalu menjawab, "tentu saja tidak," lalu ia pergi tanpa berkata-kata lagi.

Jawaban itu sangat menyakitkan hatinya. Pedagang ini lalu bertanya kepada isteri ketiganya, "Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku?"

Isterinya menjawab, "Hidup begitu indah di sini, Aku akan menikah lagi jika kau mati."

Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Lalu, ia bertanya kepada isteri keduanya, "Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau aku mati, maukah engkau ikut mendampingiku?"

Sang isteri menjawab pelan, "Maafkan aku," ujarnya, "aku tidak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu sampai liang kubur saja. Nanti kubuatkan makam yang indah buatmu."

Jawaban itu seperti kilat yang menyambar.

Sang pedagang merasa putus asa. Tiba-tiba terdengar sebuah suara, "Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut ke manapun engkau pergi. Aku tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu."

Sang pedagang menoleh ke samping, dan mendapati isteri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus seperti orang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja aku bisa merawatmu lebih baik saat aku mampu, tak akan kau seperti ini isteriku."

Sesungguhnya kita punya 4 isteri dalam hidup ini. Isteri yang keempat adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa pada saat kita menghadapNya.

Isteri yang ketiga adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan pergi dan melupakan kita yang pernah memilikinya. Sedangkan isteri kedua adalah kerabat dan teman-teman. Bagaimanapun dekatnya hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bersama kita selamanya. Hanya sampai kuburlah mereka menemani kita.

Sesungguhnya isteri pertama adalah jiwa dan kebenaran kita. Mungkin kita sering mengabaikan dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun sebenarnya hanya jiwa dan kebenaran yang kita lakukanlah yang mampu untuk terus dan setia dan mendampingi ke manapun kita melangkah. Jika jiwa terpaut kepada Yesus dan kita melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam kebenaran, maka itu akan mengantar kita ke dalam kehidupan kekal.

selengkapya...

Selasa, 03 November 2009

POHON TUA

Suatu ketika di sebuah padang, terdapat sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun oleh dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu tampak gagah dibandingkan dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itu pun menjadi tempat hidup bagi beberapa burung di sana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka di dalam pohon yang besar itu. Pohon itu pun merasa senang karena ia mendapatkan teman saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk dan membuka bekal makan di bawah naungan dahan-dahannya yang rindang. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon bangga mendengar perkataan tadi.

Waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu dimilikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang di sana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?" Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaannya belum berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang.
"Cittt ... cericirit ... cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. "Cittt ... cericirit ... cittt, suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu ... dua ... tiga ... dan empat anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung jenis tertentu tertarik untuk bersarang di sana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering daripada sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang tunas tersenyum. Ah, rupanya, air mata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

***

Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik? Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah di tebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.

Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.

selengkapya...

PENGORBANAN

Pada suatu ketika terdapatlah suatu jembatan putar yang berukuran besar, yang melintasi satu sungai yang lebar. Pada hampir setiap hari, jembatan ini terpasang dengan badan jembatan sejajar dengan tepi sungai sehingga kapal-kapal dari kedua sisi jembatan dapat berlayar melewati sungai dengan bebas.

Tetapi, pada waktu-waktu tertentu, satu kereta api selalu datang melalui tempat ini dan jembatan itu dipasang melewati sungai sehingga kereta api ini dapat menyeberangi sungai.

Sang penjaga jembatan berada di sebuah pos kecil di satu sisi dari sungai, di mana ia dapat mengoperasikan pengontrolan jembatan sehingga jembatan itu dapat diputar dan dipasang pada tempatnya ketika kereta api itu datang.

Pada satu senja, ketika sang penjaga jembatan sedang menunggu kereta api terakhir untuk datang, ia menatap ke kejauhan, melalui cahaya senja yang mulai meredup, dan melihat lampu kereta api. Ia masuk ke tempat pengontrolan jembatan dan menunggu sampai kereta tersebut ada pada jarak yang sudah ditentukan sebelum ia memutar jembatan itu.

Ia memutar jembatan itu sehingga dapat terpasang pada tempatnya, tetapi dengan perasaan terkejut, ia menyadari bahwa kontrol penguncian jembatan tidak bekerja dengan lancar. Jika jembatan tidak terkunci dengan aman pada posisinya, jembatan itu dapat bergoyang ke depan dan belakang pada ujungnya ketika kereta api datang melaluinya, sehingga kereta api tersebut dapat lepas dari jalur jembatan dan jatuh tenggelam ke dalam sungai. Kereta yang akan datang adalah kereta api penumpang yang sarat dengan penumpang.

Ia meninggalkan posnya dengan jembatan terpasang melewati sungai, dan tergesa-gesa berjalan ke tepi sungai di seberang, di mana terdapat sebuah tuas yang ia dapat gunakan untuk mengunci secara manual. Ia dapat mendengar deru kereta sekarang, dan dengan menjulurkan badannya ke depan dan menumpukan berat badannya, ia mengunci jembatan tesebut. Banyak jiwa bertumpu pada kekuatan orang ini.

Lalu, suatu suara datang dari arah sisi jembatan yang lain -suara yang membuat darahnya mendesir.- "Papa, di mana Papa berada?" Anaknya yang berumur empat tahun sedang berlari menyebrangi jembatan untuk mencarinya. Instingnya yang pertama adalah untuk berteriak kepada anaknya, "Lari! Lari!" Tetapi kereta ini terlalu dekat. Kakinya yang mungil tidak akan dapat berlari menyeberangi jembatan dengan cukup waktu.

Orang ini hampir saja meninggalkan tuas itu untuk berlari dan menjangkau anaknya dan membawanya ke tempat yang aman, tapi ia menyadari bahwa ia tidak akan dapat menjangkau tuas ini pada waktunya. Ia harus memilih -apakah orang-orang yang berada di kereta, atau anaknya, yang harus mati. Ia hanya membutuhkan satu saat saja untuk mengambil keputusannya.

Kereta berlalu dengan kencang dan aman pada tempatnya, dan tiada seorangpun di kereta yang bahkan menyadari bahwa sesosok tubuh yang mungil dan hancur, terlontar secara tidak berdaya ke dalam sungai, tersorong oleh kereta yang melaju. Mereka juga tidak menyadari sesosok figur manusia yang menyedihkan dan menangis, yang tetap memeluk erat tuas pengunci lama setelah kereta tersebut berlalu.

Mereka tidak melihat bagaimana ia berjalan pulang dengan gontai dan lebih lama dari biasanya untuk memberitahukan istrinya bagaimana ia telah mengorbankan anaknya.

Sekarang, apabila saudara dapat mengerti perasaannya, yang melanda hati orang ini, saudara dapat mulai mengerti bagaimana perasaan Bapa Surgawi kita, ketika Ia mengorbankan AnakNya untuk menjembatani jurang di antara kita, dan kehidupan yang kekal. Apakah saudara akan terkejut bahwa Bapalah yang membuat bumi berguncang dan langit menjadi gelap ketika AnakNya wafat? Dan bagaimana perasaanNya ketika kita semua tergesa-gesa melewati kehidupan tanpa meluangkan waktu sedikit pun untuk memikirkan apa yang telah Ia lakukan bagi kita melalui Yesus Kristus?

Kapankah saat terakhir Saudara bersyukur kepada Tuhan akan pengorbanan AnakNya?

selengkapya...

Setiap Masalah Bisa Dipecahkan

Pada suatu hari, dalam seminar doktoral tingkat atas mengenai matematika, seorang profesor menuliskan soal yang tidak bisa dipecahkan di papan tulis. Para ahli matematika sudah berusaha selama bertahun-tahun menemukan jawaban soal ini.

Profesor berusaha menekankan kepada para mahasiswa bahwa tidak ada jawaban yang mudah. Dia mengatakan kepada mereka, "Soal ini tidak bisa dipecahkan, tetapi saya ingin kalian melewatkan waktu satu jam penuh untuk berusaha memecahkannya."

Seorang mahasiswa datang kira-kira lima menit setelah profesor memberikan tugas itu. Dia duduk, melihat soal di papan tulis dan mulai mengerjakannya, dan dia memecahkannya, hanya karena dia tidak pernah mendengar ada orang mengatakan soal itu tidak bisa dipecahkan.

Saya bertanya-tanya dalam hati sebanyak apa masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh Anda dan saya hanya karena kita mendengar tidak ada pemecahannya.

Kunci pertama untuk menangani masalah adalah mendapatkan pendirian yang benar: bahwa setiap masalah bisa dipecahkan.

"Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil" (Lukas 1:37).

selengkapya...

Sabtu, 17 Oktober 2009

Berapa Lama Lagi, Tuhan?

Ayat bacaan: Mazmur 13:2
=====================
"Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?"

berapa lama lagi Tuhan, dimana Tuhan"Dimanakah Tuhan disaat aku menderita? Berapa lama lagi aku harus merasakan penderitaan ini?" Kata seorang teman pada suatu kali ketika ia menghadapi penderitaan. Ia merasa seolah-olah Tuhan tidak mempedulikan dirinya dan membiarkannya sendirian menghadapi semua beban. Seperti dirinya, ada saat-saat dimana kita berhadapan dengan pertanyaan yang sama. Seringkali ketika kita berada dalam titik rendah kehidupan, kita mulai bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak mengulurkan tanganNya atau setidaknya menjawab doa kita. Mengapa Tuhan seolah-olah sengaja memalingkan mukaNya, membiarkan kita bergumul sendirian? Pada saat-saat demikian seringkali kita tidak lagi mampu mengeluarkan ucapan syukur.

Ada memang masa dimana kita mengalami kesulitan, dan itulah hidup. Tidak ada hidup yang selamanya senang. Pasti ada waktu kita harus merasakan kesedihan bahkan penderitaan dengan berbagai bentuk dan sebab. Sebagai manusia yang memiliki perasaan, tentu rasa itu menyakitkan kita, dan tidak ada satupun dari kita yang ingin berlama-lama berada dalam perasaan sakit itu. Kita ingin sesegera mungkin lepas. Namun mengapa Tuhan tidak kunjung menolong kita? Ini pertanyaan yang pasti pernah dialami oleh siapapun. Hal yang sama juga sempat dialami oleh beberapa tokoh Alkitab dalam berbagai kesempatan, seperti apa yang dialami Daud misalnya. Pada suatu ketika Daud mengalami pergumulan berat. Semua musuhnya bersorak-sorak mengejeknya, dan ia pun sempat merasa mengalami itu sendirian saja tanpa ada yang peduli, termasuk Tuhan. Ia berada dalam titik rendah, dalam tekanan atas segala yang ia alami, sampai-sampai ia pun bertanya pada Tuhan: "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Daud terus melanjutkan keluhannya, "Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?" (ay 3). Dalam kesesakan hidup, sama seperti Daud kita pun sering mempertanyakan hal yang sama. Itu adalah hal yang wajar. Tapi janganlah membiarkan hal itu berlarut-larut, membiarkan kita hanya terfokus kepada keluhan atas ketidaksabaran kita mengalami tekanan, lalu serta merta menyalahkan Tuhan karenanya. Daud tidak mau terjatuh pada perasaan seperti itu. Ia memang sempat mengeluh, dan itu sekali lagi wajar, tapi ia tidak mau berlama-lama membiarkan perasaan itu menguasainya. Daud tidak ingin tenggelam dan menyerah pada situasi tidak menyenangkan yang ia alami. Segera ia bangkit dan mengandalkan imannya, percaya bahwa Tuhan pasti mampu mengatasi segala perkara, termasuk perkara dirinya dan akan segera melepaskannya dari kesesakan. Lihat bagaimana Daud kembali tegar dan mengubah pola pandangnya. "Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku." (ay 6). Luar biasa bukan? Masih dalam kesesakan, Daud bisa kembali bangkit bahkan memuji Tuhan dan mengatakan bahwa Tuhan telah berbuat baik kepadanya.

Apa yang membuat Daud bisa berkata demikian? Saya yakin Daud belajar dari pengalaman hidupnya. Disaat ia masih sangat muda, ia sudah mampu mengalahkan raksasa Goliat atas izin Tuhan. Kemudian mari kita lihat siapa Daud. Daud tadinya bukan siapa-siapa, ia bahkan tidak dipandang ayahnya sendiri ketika Samuel hendak mengambil salah satu dari anaknya untuk menjadi raja. (baca 1 Samuel 16:1-13). Daud hanyalah anak-anak yang kerjanya hanya menggembalakan kambing domba. Tapi lihatlah ternyata ia dipilih Tuhan untuk menjadi raja Israel. Dari padang rumput ke tampuk istana, dari bukan siapa-siapa menjadi raja yang mulia. Dalam berbagai kesempatan Daud secara langsung mengalami penyertaan Tuhan atas hidupnya. Begitu banyak bukti di masa lalunya. Jika dulu semua itu mampu dilakukan Tuhan, bagaimana mungkin Tuhan sekarang tidak bisa menolongnya? Daud menyadari hal itu, sehingga ia pun bisa bangkit dan kembali mempercayakan hidup sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan dalam iman yang kuat.

Mungkin bisa dimaklumi jika pada suatu saat kita merasa sendirian menghadapi masalah, merasa bahwa Tuhan sepertinya meninggalkan kita bergumul seorang diri. Tapi jangan biarkan perasaan itu menguasai kita berlama-lama. Segeralah bangkit seperti Daud! Berbaliklah segera dan kembalilah menyerahkan hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Percayalah jika dahulu Tuhan sanggup, saat ini pun Dia sanggup, sebab Tuhan tidak tidak pernah berubah. Dalam Ibrani dikatakan "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Apa yang dijanjikan Tuhan sesungguhnya jelas: "..Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5) dan kemudian ayat ini kembali diulang dalam Ibrani: "Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Karenanya, "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12). Dan "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Ada masa dimana kita harus mengalami permasalahan yang mungkin menimbulkan penderitaan, tapi ingatlah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian. Pada waktunya, sesuai waktuNya, Dia akan mengangkat kita keluar dari pergumulan. Jika diantara teman-teman ada yang masih berada dalam pergumulan, bersabarlah dan jangan putus harapan. Nantikan pertolongan Tuhan dengan sabar, tetaplah tekun dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Pada waktunya Tuhan pasti akan menyatakan mukjizatNya yang ajaib.

Bersabarlah dan tetaplah percaya dalam iman yang teguh, segala sesuatu pasti indah pada waktunya
selengkapya...

Metamorfosa

Ayat bacaan: Roma 12:2
====================
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

metamorfosa, kupu-kupu, ciptaan baruTuhan memang luar biasa kreatifnya. Salah satu perubahan yang paling mengagumkan bagi saya adalah proses perubahan dari seekor ulat menjadi kupu-kupu. Proses yang dikenal dengan metamorfosa ini adalah sebuah proses alam yang sungguh menakjubkan. Awalnya dimulai dari telur yang menetas dan melahirkan larva (ulat) yang bagi banyak orang terutama wanita dianggap geli bahkan menjijikkan. Geliat ulat ini akan dengan mudah membuat banyak orang bergidik geli melihatnya. Lalu ulat akan berubah wujud menjadi kepompong, dan kemudian dari kepompong itu akan keluar kupu-kupu yang indah, gemulai menari menunggang angin, anggun, puitis baik dari segi keindahan fisiknya hingga gerakannya. Selain masalah bentuk, ada pula perbedaan-perbedaan kasat mata lainnya. Ulat merangkak, kupu-kupu terbang. Ulat lambat, kupu-kupu aktif dan atraktif geraknya. Benar-benar sebuah perubahan total.

Metamorfosa yang terjadi pada kupu-kupu bisa kita pakai sebagai analogi/model sederhana dari sebuah perubahan kita dari manusia lama menjadi manusia baru. Sesungguhnya perubahan yang terjadi kita pun tidak kalah menakjubkan. Ketika kita menerima Yesus, kita mengalami proses perdamaian dengan Tuhan. Kita yang tadinya berlumur dosa dan tidak layak untuk selamat, kini dilayakkan untuk memperoleh keselamatan yang besar itu semata-mata lewat kemurahan dan kasih karunia Allah, lewat karya penebusan agung Kristus di atas kayu salib. Dengan demikian, ketika kita bersatu dengan Kristus, kita pun mengalami metamorfosa, menjadi manusia baru sama sekali, the whole new creation. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Dan ini semua, sekali lagi, berasal dari Allah melalui Kristus. "Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya.."(ay 18). Kita yang tadinya seperti ulat atau larva yang menjijikkan, kini mendapat kesempatan untuk diubahkan menjadi seindah kupu-kupu. Menerima Kristus dan menerima baptisan memungkinkan kita untuk itu. "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya." (Roma 6:4-5). Ketika kita dibaptis sebagai tanda ketaatan dan kepercayaan kita pada Yesus, segala kebiasaan-kebiasaan buruk kita, segala perbuatan dosa kita di masa lalu, semua itu sesungguhnya sudah dimatikan. "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa." (ay 6). Kita dipulihkan, dan diubahkan. Karenanya seharusnya kita tidak lagi menghambakan diri kepada dosa, karena tabiat kita yang penuh dosa itu sudah hilang kuasanya. "Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa." (ay 7).

Kepada jemaat Roma, Paulus berpesan "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Paulus ingin jemaat Roma bisa benar-benar berubah, menyikapi sebuah metamorfosa yang dianugerahkan Allah dengan sungguh-sungguh, seperti apa yang dialami ulat hingga menjadi kupu-kupu. Gaya hidup, pola hidup, cara pandang dan pola pikir jemaat haruslah berubah. Jika dulunya tidak tahu apa yang berkenan kepada Allah, kini tahu mengenai itu, dan tahu apa yang sempurna di mata Tuhan. Perubahan tidak saja berhenti pada perubahan fisik semata, tapi juga mampu mengubah apa yang ada di dalam diri kita. Hidup kita haruslah bergerak, berproses dari ulat menuju kepompong hingga bisa sukses menjadi kupu-kupu. Paulus menambahkan adalah penting bagi kita untuk bisa sampai kepada tingkat dimana kita pantas mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."(Roma 12:1). Sebagai manusia baru yang telah mengalami transformasi, atau dalam analogi di atas saya gambarkan sebagai metamorfosa, kita seharusnya mampu menghargai anugerah menakjubkan yang telah diberikan Tuhan itu kepada kita dengan menjalani hidup sebagai ciptaan baru. Semua telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Sekarang tinggal keputusan kita sendiri, apakah kita mau berproses hingga menjadi kupu-kupu atau berhenti hanya sebagai larva hingga kepompong saja. Bangsa Israel pernah menunjukkan kebebalannya dalam segala bentuk. Dalam Kisah Para Rasul pun sempat disinggung mengenai hal ini. "Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir." (Kisah Para Rasul 7:39). Musa dipakai Tuhan untuk menyatakan firmanNya, tapi bangsa Israel yang tegar tengkuk ini tidak juga mau taat kepadanya. Bahkan menolak dan ingin kembali ke tanah Mesir. Kembali ke tanah Mesir berbicara mengenai kembali kepada dosa-dosa masa lalu. Artinya, bangsa Israel menyia-nyiakan keselamatan yang telah dianugerahkan Tuhan. Mereka lebih memilih untuk kembali menjadi ulat dan menolak metamorfosa untuk menjadi sempurna.

"Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima." (2 Korintus 6:1). Ini peringatan penting yang juga berlaku bagi kita. Janganlah kita sampai menyia-nyiakan karunia Allah yang telah kita terima dengan kembali kepada perbuatan-perbuatan dosa kita seperti di masa lalu. Sebagai ciptaan baru, mulailah sebuah hidup baru yang penuh kemenangan. Menang dari godaan, lepas dari penghambaan akan dosa. Kita telah ditransformasi menjadi ciptaan baru. Kita bukan lagi manusia lama yang berkubang dalam kegelapan, tapi kini ada terang Kristus yang menyinari kita. Ada Roh Kudus yang membimbing setiap langkah hidup kita. Jangan sia-siakan itu, jangan kembali kepada kebiasaan buruk di masa lalu, tapi mulailah menatap ke depan sebagai "the whole new creation". Pada saatnya nanti kita akan bisa seindah kupu-kupu, yang bisa membawa berkat bagi setiap orang yang melihatnya.

Alami metamorfosa dari ulat menuju kupu-kupu yang indah
selengkapya...

Menerima Masukan

Ayat bacaan: Keluaran 18:24
=======================
"Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya."

menerima masukan, nasihatManusia sejatinya adalah mahluk yang penuh dengan keterbatasan. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tahu segalanya. Kita bisa hebat di satu sisi, tapi kita bisa buta di sisi lain. Masing-masing dari kita punya keahlian sendiri-sendiri. Kita tidak akan pernah bisa maju jika hanya bergantung pada kemampuan diri sendiri, tidak peduli seberapa hebatnya kita. Karena itulah manusia memang pada hakekatnya merupakan mahluk sosial yang harus selalu berinteraksi dengan sesama untuk bisa terus maju dan mencapai sukses. Bayangkan seorang pemimpin tanpa penasehat, atau pemimpin yang tidak mau menerima masukan sama sekali dari bawahan. Sulit membayangkan model pemimpin yang seperti ini bisa memajukan apa yang ia pimpin. Pada kenyataannya kita seringkali merasa gengsi untuk mendengar masukan orang lain. Mendengar saja gengsi, apalagi melakukan. Padahal mungkin ada masukan atau nasihat yang akan lebih memudahkan pekerjaan kita, membantu kita untuk bisa meningkatkan kinerja mencapai hasil yang lebih baik. Selalu ada hal yang bisa kita pelajari dari orang lain, selalu saja ada masukan yang berharga, selalu saja ada hal-hal yang luput dari pengamatan kita. Karena itulah keterbukaan menerima nasihat atau masukan menjadi hal yang penting bagi setiap orang tanpa terkecuali. Kita bisa belajar dari sikap Musa mengenai hal ini.

Musa dipilih Allah secara langsung untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan ditunjuk untuk menuntun mereka mencapai tanah terjanji yang telah dijanjikan Tuhan kepada Abraham. Dalam proses itu Musa menjadi penyambung lidah Tuhan untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk Tuhan kepada bangsa yang ia pimpin, sementara jumlah bangsa yang harus ia pimpin tidaklah kecil. Agaknya Musa terlalu fokus kepada penunjukan Tuhan atas dirinya, sehingga ia langsung terjun mengurus segalanya sendirian dan lupa akan pentingnya sebuah struktur yang lebih efektif dalam melayani. "Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang." (Keluaran 18:13). Musa bertindak sendirian menjadi hakim mengatasi perselisihan yang terjadi di antara sesama orang Israel. Kapan selesainya kalau seperti ini terus? Dalam ayat tersebut kita membaca bahwa Musa seharian duduk mengadili berbagai masalah yang dialami bangsa Israel yang tidak ada habisnya. Yitro, mertua Musa melihat itu dan tahu bahwa apa yang dilakukan Musa itu tidaklah efektif. Dia pun menanyakan "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?" (ay 14). Musa pun menyatakan bahwa sebagai yang ditunjuk Tuhan, ia harus memberitahukan ketetapan dan keputusan Allah kepada masing-masing orang. Yitro kasihan melihat menantunya harus bekerja sendirian menghadapi segalanya. "Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja." (ay 18). Yitro mengatakan bahwa bekerja sendirian seperti itu dalam mengelola masalah bangsa Israel yang begitu banyak adalah tidak baik. (ay 17). Lalu Yitro pun memberi masukan kepada Musa. Dia memberikan usul agar Musa bisa memakai strategi yang lebih baik, menyusun struktur kepemimpinan yang akan bisa membantu Musa dalam menyelesaikan setiap permasalahan secara lebih cepat, efektif dan efisien. "Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya." (ay 21-22). Sungguh menarik melihat usulan Yitro agar Musa membentuk kelompok-kelompok yang bertingkat dengan pemimpin masing-masing. Ini akan jauh lebih mempermudah Musa dalam menjalankan perintah Tuhan. Musa adalah pribadi yang rendah hati dan mau menerima masukan. "Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya." (ay 24). Yitro pun bisa melihat langsung bagaimana menantunya memperbaiki sistem pelayanannya dengan melibatkan orang-orang yang cakap sebagai rekan sekerja sebelum ia pulang kembali ke negerinya. (ay 27).

Alangkah indahnya jika seseorang mau mendengarkan dan menerima masukan atau nasihat yang baik dari orang lain seperti apa yang kita lihat dari kisah Musa dan Yitro di atas. Seringkali kita terlalu cepat diliputi perasaan gengsi untuk mendengar dan menerima masukan dari orang lain. Mendapat mandat sedikit saja kita cepat merasa sombong dan menganggap orang lain tidak sebaik kita. Padahal masukan atau nasihat itu bisa membuat kita lebih baik lagi. Musa langsung mendapat penugasan dari Tuhan, bukan dari manusia. Musa bisa saja menyombongkan hal itu, tapi apakah Musa memilih untuk berlaku seperti itu? Tidak. Ia masih terbuka untuk menerima masukan dan melakukannya. Ini sebuah keteladanan yang sangat baik dari sikap Musa. Kadang kala ada hal-hal yang luput dari perhatian kita karena sibuknya kita fokus kepada sesuatu, dan untuk itulah kita seharusnya bersyukur ketika ada masukan dari orang lain yang bisa meningkatkan kinerja kita agar lebih baik lagi.

Amsal Salomo berkata "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22). Sangatlah penting bagi kita untuk memiliki banyak masukan sebagai dasar untuk membuat pertimbangan-pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan. Karena itu "Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan." (19:20). Hilangkanlah perasaan-perasaan egois, kesombongan dan gengsi agar kita bisa terus maju. Sikap-sikap seperti ini tidak akan pernah membawa manfaat apapun. Apa yang dicontohkan Musa bisa kita terapkan pula dalam berbagai sisi kehidupan kita, mulai dari keluarga, dalam pekerjaan maupun pelayanan. Sudahkah kita menjadi orang-orang yang mau memperhatikan masukan dan nasihat orang lain dengan rendah hati? Atau kita masih sering merasa gengsi dan terusik dengan nasihat orang, sehingga langsung menolaknya mentah-mentah meski nasihat itu baik adanya? Janganlah terburu-buru menolak saran yang masuk. Nasihat yang baik bisa datang dari siapa saja. "Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya." (8:33). Kita bisa menjadi lebih bijak ketika menerima nasihat, bahkan pengetahuan kita pun akan bertambah. (9:9). Tanpa bimbingan kita akan kacau balau, tanpa tuntunan, petunjuk dan nasihat cepat atau lambat kita akan tersesat. Jadilah pribadi yang rendah hati dan terbuka untuk menerima masukan. Dengan hati yang terbuka kita akan bisa melihat banyaknya pertolongan datang dari mana saja demi kemajuan usaha kita.

Terbukalah menerima nasihat dan masukan yang baik agar kita bisa lebih baik lagi
selengkapya...

Mati Ketika Masih Hidup

Hidupilah kehidupan Anda hingga Anda mati. Mengapa saya mengungkapkan pernyataan tersebut? Karena banyak orang yang sudah mati walaupun dalam keadaan hidup. Dalam bukunya How to Live 365 Days a Year, Dr.Schindler menyatakan bahwa tiga dari empat orang yang berbaring di rumah sakit di isi oleh orang yang mengidap EII - Emotional Induced Illness (penyakit yang disebabkan oleh emosi). Jadi bisa dibayangkan, 3 dari 4 orang di rumah sakit akan sehat ketika bisa menangani emosinya.

David J. Schwartz, penulis buku Berpikir dan Berjiwa Besar menceritakan tentang temannya seorang pengacara yang mengidap TBC. Pengacara ini tahu bahwa ia harus menjalani hidup yang terbatas dengan banyak aturan, tetapi hal ini tidak pernah menghentikannya menjalankan praktek hukum, menghidupi keluarga yang baik, dan benar-benar menikmati hidup.

Pria itu telah berusia 78 tahun dan mengekspresikan filosofinya dengan kata-kata ini: "Saya akan hidup hingga saya mati, dan saya tidak akan mencampur aduk hidup dan mati. Sementara saya masih ada di muka bumi ini, saya akan terus hidup. Mengapa harus hanya setengah hidup? Setiap menit yang dihabiskan orang untuk khawatir soal kematian sama saja orang itu sudah mati selama satu menit itu."

Anda bisa menjalani kehidupan ini dengan dua cara. Pertama hidup dalam kekuatiran, maka kematian akan semakin cepat menjemput Anda. Kedua hidup dalam ucapan syukur dan optimisme, maka seburuk apapun keadaannya, Tuhan sanggup membuatnya lebih baik dan lebih baik lagi.

Sumber: Berpikir dan Berjiwa Besar; David J. Schwartz; Binarupa Aksara
selengkapya...

Kamis, 15 Oktober 2009

SATU GELAS SUSU

Suatu hari seorang bocah perempuan miskin sedang berjualan dari rumah ke rumah demi membiayai sekolahnya. Ia merasa lapar dan haus, tapi sayangnya ia hanya mempunyai sedikit sekali uang. Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat. Tetapi, saat seorang gadis muda membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya.

Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih untuk menawarkan dahaga. Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, maka dibawakannyalah segelas besar susu untuk anak tersebut. Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, "Berapa saya berhutang kepada anda ?"

"Kamu tidak berhutang apapun kepada saya," jawabnya. "Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan."

Anak itu menjawab, "Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam."

Saat Howard Kelly bocah kecil yang miskin itu meninggalkan rumah tersebut, dia bukan hanya merasa badannya lebih segar, tetapi keyakinannya pada Tuhan dan sesama manusia menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah.

Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari ada seorang wanita muda mengalami sakit parah. Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya mengirim wanita itu ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan spesialis.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk berkonsultasi. Ketika ia mendengar nama kota tempat asal si pasien, ia segera pergi ke kamar tempat dimana wanita tersebut di rawat. Ia langsung mengenali wanita tersebut dan memutuskan untuk melakukan hal terbaik yang bisa ia usahakan untuk menolongnya. Sejak hari itu, ia memberikan perhatian khusus pada kasus ini. Setelah melewati perjuangan panjang, peperangan-pun dapat dimenangkan.

Dr. Kelly dipanggil oleh pihak administrasi untuk menandatangani kuitansi biaya yang harus dibayarkan oleh si wanita kepadanya. Ia melihat kepada kuitansi tersebut, dan kemudian menuliskan sesuatu. Kuintansi tersebut lalu dikirim ke kamar perawatan si wanita. Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu membayarnya. Akhirnya dengan menguatkan hati, ia melihat ke kuintansi tersebut. Sebuah tulisan pada kuitansi telah menarik perhatiannya.

Ia membaca tulisan itu:
"TELAH DIBAYAR PENUH DENGAN SATU GELAS SUSU."

Tertanda,
Dr. Howard Kelly.

Air mata mengalir dari matanya saat hatinya yang bahagia mengucapkan doa dan pujian: "Terima kasih Tuhan, kasihMu telah memancar melalui hati dan tangan manusia."

selengkapya...

Selasa, 06 Oktober 2009

Tetap Hormati Orang Tua

(Ulangan 5:16) Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

(Matius 15:4) Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.

Ada seorang bapak tua kaya raya yang sudah lama ditinggal mati istrinya. Bapak tua itu mempunyai seorang putra yang telah menikah. Setelah mendapat izin darinya, putra dan menantunya tinggal bersama dengan dia di apartementnya yang mewah. Cinta yang besar membuat bapak tua tsb segera menghibahkan seluruh harta kekayaannya, termasuk apartement yang ditinggalnya kepada anak tunggalnya.

Suatu hari terjadi pertengkaran yang cukup hebat antara bapak tua itu dan putranya, sehingga diusir dari apartementnya sendiri. Pengusiran itu membuat sibapak tua terlunta lunta dan menjadi pengemis di Orchad Road , Singapure. Suatu hari seorang teman lama mengenalinya saat memberikan sedekah. Saat ditanya apakah dia teman yang sudah lama tidak ada kabar beritanya, bapak tua itu menyangkalinya. Tanpa sepengetahuan si bapak tua, temannya tersebut memberitahukan kecurigaannya kepada teman teman yang lain. Saat sahabat karib bapak tua itu datang dan mendesaknya untuk mengakui bahwa dia adalah teman lama yang mereka cari cari, bapak tua itupun tak kuasa lagi untuk menyangkal. Dengan derai airmata ia menceritakan peristiwa getir yang menerpa hidupnya. Mendengar itu teman-temanya panas hati. Singkat kata kejadian ini sampai kepada Perdana Menteri Singapure. PM Lee segera memanggil dan bertindak tegas terhadap anak dan menantunya bapak tua tersebut. PM Lee memanggil notaris dan membatalkan penghibaan harta warisan terhadap anak dan menantu yang telah tega mengusir orang tuanya ke jalanan. Sejak saat itu anak dan menantu yang tak tahu diri tersebut dilarang masuk ke apartemen si bapak tua.

Peristiwa ini membuat PM Lee mengambil keputusan bijaksana, yang melarang semua orangtua untuk menghibahkan seluruh harta bendanya kepada siapa pun sebelum mereka meninggal. Kemudian supaya para lansia tetap dihargai hingga akhir hayatnya, beliau membuat dekrit yang berisikan pemberian pekerjaan kepada para lansia agar mereka tidak lagi tergantung pada anak atau menantu. Para lansia itu juga bisa bangga karena masih bisa mampu memberi sesuatu dari hasil keringat mereka kepada cucu-cucu mereka. Di Singapure cleaning service toilet di bandara, mal, restoran adalah para lansia.

Anak yang bijak akan terus memelihara rasa hormat dan sayang kepada orang tuanya, apapun kondisi orang tuanya. Meskipun orang tua kita sudah tidak sanggup duduk atau berdiri, atau mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, kita harus tetap menghormatinya dengan cara merawatnya. Ingatlah bahwa waktu kita masih balita, mereka dengan sukacita membersihkan tubuh kita dari semua bentuk kotoran, memberi kita makan dengan tangan mereka sendiri, dan menggendong kita sampai dini hari pada waktu kita sedang sakit. Dapatkah kita membalas semua kebajikan itu? Hormatilah orang tua atau mertua kita. Tuhan akan memberkati kita dengan umur panjang jika kita menghormati mereka.

DOA: Tuhan, berkatilah bapak dan ibuku dengan kekuatan dan kesehatan. Mampukan aku berbakti kepada mereka sampai akhir hayat mereka. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.

Sumber : Renungan Harian Online
selengkapya...

TEMBIKAR YANG INDAH

Sepasang suami-istri pergi belanja di sebuah toko suvenir. Setelah beberapa waktu melihat-lihat, mata mereka tertuju kepada sebuah tembikar yang indah. "Lihat tembikar itu," kata si istri kepada suaminya. "Kau benar, inilah tembikar terindah yang pernah aku lihat," ujar si suami. Saat mereka mendekati tembikar itu, tiba-tiba tembikar yang dimaksud berbicara, "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik."

Sebelum menjadi sebuah tembikar yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing.

'Stop! Stop!' Aku berteriak, tetapi orang itu berkata "belum!" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. 'Stop! Stop!' teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. 'Panas! Panas!' Teriakku dengan keras. 'Stop! Cukup!' Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum!"

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. 'Stop! Stop!' Aku berteriak. Wanita itu berkata "belum !" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku.

Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena dihadapanku berdiri sebuah tembikar yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Saudara, seperti inilah Allah membentuk kita. Pada saat Ia membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah.

Yak 1:2-4 "Saudara-saudaraKu, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Allah sedang membentuk anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk anda.

selengkapya...

MAKAN SIANG BERSAMA TUHAN

Ada seorang anak yang rindu bertemu dengan Tuhannya. Ia menyadari bahwa perjalanan panjang diperlukan ke rumah Tuhan, karena itu dikemaslah tasnya dengan kue Twinkies dan satu pack root beer berisi 6 kaleng lalu memulaikan perjalanannya.

Ketika telah melampaui beberapa blok dari rumahnya, ia bertemu dengan seorang tua. Ia sedang duduk di taman dekat air memperhatikan burung burung.

Sang anak duduk dekat dengannya lalu membuka tas. Ketika ia mengambil root beer (bir tidak beralkohol) untuk melepaskan dahaganya ia perhatikan bahwa orang tua itu kelihatan lapar sedang memandang padanya. Dengan segera ia menawarkan kue Twinkie kepada orang tua itu.

Dengan gembira ia menerima dan memberikan senjum padanya. Senyum itu luarbiasa menarik sehingga anak ini senang untuk menikmatinya lagi. Itu sebabnya anak ini menawarkan lagi kepada orang tua itu sekaleng root beer.

Sekali lagi, ia tersenyum kepadanya. Anak ini sangat gembira! Sepanjang petang mereka duduk disana, makan dan tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Ketika malam turun, anak ini merasa lelah, ia berdiri untuk meninggalkan tempat itu, namun sebelum ia melangkahkan kakinya, ia berbalik dan lari ke orang tua itu dan memberikan sebuah pelukan.

Orang tua itu memberikan senyumnya yang lebar. Ketika anak ini membuka pintu rumahnya beberapa waktu kemudian, ibunya terkejut melihat kegembiraan memancar di wajah anaknya. Ia bertanya: Apa yang terjadi hari ini sehingga membuat kamu begitu senang?

Sang anak menjawab: "Saya berkesempatan makan siang bersama Tuhan".

Dan sebelum ibu memberikan responsnya, anak ini menambahkan: " Ibu, Ibu tahu senyumnya, itulah senyum paling indah yang pernah saya lihat".

Sementara itu, si orang tua, juga penuh dengan kegembiraan, pulang kerumahnya. Anaknya terpesona melihat kedamaian memancar diwajahnya dan bertanya: "Ayah, apa yang terjadi hari ini membuat kamu sangat bergembira?

Ia menjawab: "Saya makan Kue Twinkies di taman bersama Tuhan".

Dan sebelum anaknya merespon, ia menambahkan: "Kamu tahu, Dia lebih muda dari yang saya duga."

Terlalu sering kita menganggap remeh kuasa dalam senyum, jamahan, kata-kata yang baik, telinga yang mendengar, pemberian yang tulus atau perhatian perhatian kecil. Semua itu berpotensi membuat kehidupan seseorang menjadi istimewa atau bahkan merubah kehidupan seseorang.

selengkapya...

KEPUTUSAN SANG AYAH

Setelah beberapa lagu pujian seperti biasanya pada hari minggu, pembicara gereja bangkit berdiri dan perlahan-lahan berjalan menuju mimbar untuk berkhotbah.

"Seorang ayah dan anaknya serta teman anaknya pergi berlayar ke samudra Pasifik", dia memulai, "ketika dengan cepat badai mendekat dan menghalangi jalan untuk kembali ke darat. Ombak sangat tinggi, sehingga meskipun sang ayah seorang pelaut berpengalaman, ia tidak dapat lagi mengendalikan perahu sehingga mereka bertiga terlempar ke lautan."

Pengkotbah berhenti sejenak, dan memandang mata dua orang remaja yang mendengarkan cerita tersebut dengan penuh perhatian. Dia melanjutkan, "dengan menggenggam tali penyelamat, sang ayah harus membuat keputusan yang sangat sulit dalam hidupnya ... kepada anak yang mana akan dilemparkannya tali penyelamat itu. Dia hanya punya beberapa detik untuk membuat keputusan.

Sang ayah tahu bahwa anaknya adalah seorang pengikut Kristus, dan dia juga tahu bahwa teman anaknya bukan. Pergumulan yang menyertai proses pengambilan keputusan ini tidaklah dapat dibandingkan dengan gelombang ombak yang ganas. Ketika sang ayah berteriak, "Aku mengasihi engkau, anakku!" Dia melemparkan tali itu kepada teman anaknya. Pada waktu dia menarik teman anaknya itu ke sisi perahu, anaknya telah menghilang hanyut ditelan gelombang dalam kegelapan malam. Tubuhnya tidak pernah ditemukan lagi."

Ketika itu, dua orang remaja yang duduk di depan, menantikan kata-kata berikut yang keluar dari mulut sang pembicara. "Sang ayah," si pembicara melanjutkan, "tahu bahwa anaknya akan masuk dalam kekekalan dan diselamatkan oleh Yesus, dan dia tidak sanggup membayangkan jika teman anaknya melangkah dalam kekekalan tanpa Yesus. Karena itu dia mengorbankan anaknya sendiri. Betapa besar kasih Allah, sehingga Ia melakukan hal yang sama kepada kita."

Sang pembicara kembali ke tempat duduknya sementara keheningan memenuhi ruangan.

Beberapa saat kemudian, dua orang remaja duduk di sisi pembicara. "Cerita yang menarik," seorang remaja memulai pembicaraan dengan sopan, "tapi saya pikir tidaklah realistis bagi sang ayah untuk mengorbankan hidup anaknya hanya dengan berharap bahwa teman anaknya akan menjadi seorang pengikut Kristus."

"Benar, engkau benar sekali," jawab pembicara. Sebuah senyum lebar menghiasi wajahnya dan kemudian di memandang kedua remaja tersebut dan berkata, "Tentu saja itu tidak realistis bukan? Tapi saya ada di sini untuk memberitahu kalian bahwa cerita itu membuka mataku tentang apa yang sesungguhnya terjadi ketika Tuhan memberikan AnakNya untuk saya."

"Engkau tahu ... sayalah teman sang anak itu".

selengkapya...

TEMPAYAN RETAK

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan itu hanya dapat membawa air setengah penuh. selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari, si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.

Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sunggh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."

"Kenapa?" tanya si tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?"

"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi." Kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata,

"Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."

Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.

selengkapya...

Rabu, 30 September 2009

KALUNG MUTIARA

Alkisah ada seorang gadis cantik, kecil berusia 5 tahun, bermata indah. Suatu hari, ketika ia dan ibunya sedang berbelanja bulanan, gadis cilik itu melihat sebuah kalung mutiara tiruan. Indah, meskipun harganya cuma 2.5 dolar. Ia sangat ingin memiliki kalung tersebut, dan mulai merengek kepada ibunya.

Akhirnya sang Ibu setuju, katanya: "Baiklah, anakku. Tetapi ingatlah bahwa meskipun kalung itu sangat mahal, ibu akan membelikannya untukmu. Nanti, sesampai di rumah, kita buat daftar pekerjaan yang harus kamu lakukan sebagai gantinya. Dan, biasanya kan Nenek selalu memberimu uang pada hari ulang tahunmu. Itu juga harus kamu berikan kepada ibu." "Okay," kata si gadis setuju.

Merekapun lalu membeli kalung tersebut. Setiap hari, sang gadis dengan rajin mengerjakan pekerjaan yang ditulis dalam daftar oleh ibunya. Uang yang diberikan oleh neneknya pada hari ulangtahunnya juga diberikannya kepada ibunya. Tidak berapa lama, perjanjiannya dengan ibunya pun selesai. Ia mulai memakai kalung barunya dengan rasa sangat bangga. Ia pakai kalung itu kemanapun ia pergi. Ke sekolah taman kanak-kanaknya, ke gereja, ke supermarket, bermain, dan tidur, kecuali mandi. "Nanti lehermu jadi hijau," kata ibunya. Dia juga memiliki seorang ayah yang sangat menyayanginya.

Setiap menjelang tidur, sang ayah akan membacakan sebuah buku cerita untuknya. Suatu hari, seusai membacakan cerita, sang ayah bertanya kepadanya: "Anakku, apakah kamu sayang ayah?" "Pasti, yah. Ayah tahu betapa aku menyayangi ayah." "Kalau kau memang mencintai ayah, berikanlah kalung mutiaramu pada ayah." "Ya, ayah, jangan kalung ini. Ayah boleh ambil mainanku yang lain. Ayah boleh ambil Rosie, bonekaku yang terbagus. Ayah juga ambil pakaian-pakaiannya yang terbaru. Tapi, jangan ayah ambil kalungku." "Ya, anakku, tidak apa-apa. Tidurlah." Sang Ayah lalu mencium keningnya dan pergi, sambil berkata: "Selamat malam, anakku. Semoga mimpi indah."

Seminggu kemudian, setelah membacakan cerita, ayahnya bertanya lagi: "Anakku, apakah kamu sayang ayah?" "Pasti, Yah. Ayah kan tahu aku sangat mencintaimu." "Kalau begitu, boleh ayah minta kalungmu?" "Ya, jangan kalungku, dong. Ayah ambil Ribbons, kuda-kudaanku. Ayah masih ingat, kan? Itu mainan favoritku. Rambutku panjang, lembut. Ayah bisa memainkan rambutnya, mengepangnya, dan sebagainya. Ambillah, Yah. Asal ayah jangan minta kalungku. Ya?" "Sudahlah, nak. Lupakanlah," kata sang ayah.

Beberapa hari setelah itu, Si gadis cilik terus berpikir, kenapa ayahnya selalu meminta kalungnya, dan kenapa ayahnya selalu menanyai apakah ia sayang padanya atau tidak. Beberapa hari kemudian, ketika ayahnya membacakan cerita, dia duduk dengan resah. Ketika ayahnya selesai membacakan cerita, dengan bibir bergetar ia mengulurkan tangannya yang mungil kepada ayahnya, sambil berkata: "Ayah, terimalah ini".

Ia lepaskan kalung kesayangannya dari genggamannya, dan ia melihat dengan penuh kesedihan, kalung tersebut berpidah ke tangan sang ayah. Dengan satu tangan menggenggam kalung mutiara palsu Kesayangan anaknya, tangan yang lainnya mengambil sebuah kotak beludru biru kecil dari kantong bajunya. Di dalam kotak beludru itu terletak seuntai kalung mutiara yang asli, sangat indah, dan sangat mahal.

Ia telah menyimpannya begitu lama, untuk anak yang dikasihinya. Ia menunggu dan menunggu agar anaknya mau melepaskan kalung mutiara plastiknya yang murah, sehingga ia dapat memberikan kepadanya kalung mutiara yang asli.

Begitu pula dengan Bapa di Surga. Seringkali Ia menunggu lama sekali agar kita mau menyerahkan segala milik kita yang palsu dan menukarnya dengan sesuatu yang sangat berharga.

selengkapya...